Suriah: Operasi Gabungan dengan Rusia Membuahkan Hasil
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Operasi gabungan antara pasukan Suriah dan Rusia membuahkan “hasil yang luar biasa”, kata ketua parlemen Suriah kepada delegasi dari parlemen Rusia yang sedang berkunjung pada Sabtu (24/10), menurut lansiran kantor berita pemerintah SANA.
“Kerja sama antara pasukan Suriah dan Rusia selama pelaksanaan serangan udara dan darat mulai membuahkan hasil yang luar biasa dalam mengalahkan dan memberantas terorisme di Suriah dan Irak,” kata Jihad al-Lahham.
Dia juga menyebut operasi gabungan Rusia dan Suriah sebagai “satu-satunya koalisi sah dalam melawan terorisme internasional”, menyinggung koalisi pimpinan Amerika Serikat terhadap kelompok Islamic State (ISIS) yang tidak berkoordinasi dengan Damaskus.
Rusia mulai melancarkan serangan udara di Suriah pada 30 September atas permintaan dari Damaskus.
Moskow mengatakan pihaknya menargetkan ISIS dan “teroris” lainnya tapi pemberontak Suriah dan pendukung mereka mengatakan serangan Rusia menyasar pemberontak moderat dan Islamis bukan ekstremis.
Rusia dan Iran membuktikan diri sebagai sekutu setia rezim Presiden Bashar al-Assad selama pemberontakan yang meletus pada Maret 2011 itu.
Lahham mengatakan Suriah bekerja sama dengan Rusia dan Iran “untuk mewujudkan solusi politik sekaligus memerangi terorisme.”
Kunjungan delegasi parlemen Rusia digelar beberapa hari setelah Assad melakukan lawatan dadakan ke Moskow untuk berbicara dengan Presiden Vladimir Putin.
Selanjutnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pihaknya berharap bisa menyaksikan kemajuan politik dalam krisis Suriah di masa depan dan mendesak agar pemilihan presiden dan parlemen segera digelar di negara tersebut.
Sergei Lavrov mengatakan kepada stasiun televisi Rossiya 1 bahwa politikus negara Barat semakin memahami krisis di Suriah.
Dia mengatakan krisis imigran di Eropa membantu mengubah pola pikir politikus Uni Eropa.
“Saya yakin para politikus penting mendapatkan pelajaran dan sehubungan dengan Suriah mereka semakin mendapatkan pemahaman yang benar mengenai situasi tersebut meskipun retorika demokratisasi dari anti-Assad terus berlanjut,” katanya, merujuk kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
“Ini memberikan kita secercah harapan bahwa kemajuan politik akan terwujud di masa depan, dengan melibatkan pihak luar, seluruh pihak di Suriah bisa segera berunding,” kata Lavrov dalam pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri.
Ketika menjelaskan bahwa politikus Uni Eropa semakin memahami krisis Suriah, Lavrov menambahkan: “Uni Eropa harus dan sudah mulai mengetahui asal-usul krisis imigran dan kekacauan di Timur Tengah”.
“Mereka mulai mengingat bagaimana mantan pemimpin Libya Moamer Kadhafi diperlakukan, berusaha melanjutkan ilusi bahwa demokrasi bisa terwujud jika seorang diktator digulingkan.”
Wawancara tersebut direkam sebelum perundingan Lavrov dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry di Wina pada Jumat tapi transkripnya baru dirilis pada Sabtu.
Rusia menegaskan bahwa nasib Assad harus diputuskan oleh warga negara Suriah, bukan oleh pihak luar.
Presiden Bashar al-Assad pada hari Minggu (25/10) menanggapi dengan mengatakan prioritasnya adalah untuk mengalahkan "teroris" sebelum menyelenggarakan pemilu, namun ia siap untuk menggelar pemilihan parlemen dan presiden jika memang diperlukan. (AFP/reuters.com)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...