Suriah Tolak Dialog, Sebelum Menlu AS Minta Maaf Atas Pernyataannya
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Muallem, mengatakan bahwa delegasiya menolak permintaan dialog langsung dari Amerika Serikat sebelum Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, meminta maaf atas pernyataannya di Konferensi Jenewa II.
"Amerika meminta kami untuk bernegosiasi langsung dengan mereka di Montreux," kata Muallem hari Sabru (1/2) kepada media pemerintah Suriah saat perjalanan pulang dari pembicaraan damai yang berlangsung 10 hari di kota Montreux dan Jenewa, Swiss.
"Tetapi kami menolak hal itu sebelum Menlu John Kerry meminta maaf atas pernyataannya di konferensi tersebut," kata Muallem dalam pidato yang dirilis kantor berita SANA.
Pemerintah Suriah dan pihak oposisi memulai Konferensi Jenewa II pada 22 Januari, yang juga diikuti oleh sejumlah negara, termasuk Rusia dan Amerika Serikat. Dalam sambutannya pada konferensi tersebut, Kerry mengatakan Presiden Suriah Bashar Al-Assad tidak akan ambil bagian dalam pemerintahan transisi. "Tidak mungkin, tak bisa dibayangkan bahwa pria yang melakukan respon brutal terhadap rakyatnya dapat meraih kembali legitimasi untuk memerintah," kata Kerry.
Muallem juga menolak keberadaan pihak pemerintah koalisi bentukan pihak oposisi. "Jika mereka tidak menghentikan khayalannya, mereka akan mendapat kejutan yang hebat, karena kami adalah negara yang berlandaskan konstitusi dan kami memiliki presiden," kata dia seperti dikutip SANA.
Rezim pemerintah dan oposisi tidak mencapai kesepakatan dalam pembicaraan damai selama 10 hari itu, bahkan tak ada kemajuan soal isu gencatan senjata serta koridor kemanusiaan dan pemerintah transisi.
Pemerintah Suriah bersikeras mendorong pembicaraan soal terorisme, yang merupakan istilah bagi segala bentuk upaya untuk menggulingkan Bashar.
Dialog babak kedua dijadwalkan pada 10 Februari mendatang, dengan komitmen penuh dari pihak oposisi. Tetapi Muallem menegaskan kembali bahwa tim diplomatnya akan menunggu arahan dari Damaskus terkait kehadiran mereka dalam pembicaraan tersebut.
Lebih dari 136.000 orang telah tewas di Suriah sejak konflik berlangsung pada Maret 2011 di negara itu, sementara lebih dari 2,4 juta warga Suriah juga terpaksa mengungsi. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...