Survei: Prabowo Tegas Jokowi Banyak Pertimbangan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pakar psikologi politik, Prof. Hamdi Muluk menyampaikan hasil survei berupa penilaian dari para psikolog profesional terhadap calon presiden dan wakil presiden (capres dan cawapres). Dari hasil survei tersebut, satu ciri yang paling menonjol dari Prabowo Subianto adalah tegas, Hatta Rajasa tenang, Joko Widodo (Jokowi) pekerja keras, dan Jusuf Kalla (JK) berani.
Hasil survei tersebut disampaikan dalam acara “Menakar Kepribadian Capres Cawapres: Kajian Psikologi Politik” di d'consulate, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/7), dengan dilatar belakangi isu pemilihan presiden 2014.
Masyarakat tentu harus mendapat telaah mendalam dari para profesional, seperti apa pribadi orang yang akan memimpin bangsa ini ke depannya. Sebab itu, penilaian kepribadian capres dan cawapres dilakukan dengan menggunakan responden sebanyak 204 psikolog yang telah memiliki jam terbang cukup tinggi dalam pengetahuan dan pengalaman melakukan penilaian kepribadian.
Perlu diketahui, capres dan cawapres tersebut bukanlah orang yang mudah diakses ataupun dilakukan penilaian kepribadian secara tatap muka langsung. Maka responden melakukan penilaian secara jarak jauh (at distance). Sumber penilaiannya berasal dari konsistensi tingkah laku di depan publik (consistent public behavior), pidato, rekaman wawancara, catatan biografi, dan peristiwa pengalaman hidup (life crisis).
Keunggulan Prabowo
Dalam menilai gaya kepemimpinan saat pengambilan keputusan, Prabowo dianggap sebagai pemimpin yang otoritarian, kemungkinan karena responden menganggap latar belakang dia yang seorang militer sehingga tidak perlu banyak bertanya dan cepat memutuskan.
Maka dari segi ketegasan Prabowo lebih unggul, karena Jokowi dinilai terlalu banyak pertimbangan. Lantaran Jokowi lebih partisipatif dalam arti lebih mengutamakan dialog dan mendengar pendapat yang lain terlebih dahulu.
Dalam melaksanakan keputusan, bahkan yang tidak populer sekalipun, Prabowo paling tinggi kemungkinannya, sekalipun keputusan itu ditentang, di sinilah ketegasan sorang Prabowo akan terlihat. Sedangkan Jokowi diragukan, dalam arti bisa melaksanakan dan bisa juga tidak.
Keinginan untuk mengajak lawan politik apabila terpilih menjadi presiden, Prabowo memiliki kemungkinan tersebut. Sedangkan Jokowi-JK kecil kemungkinan mengajak lawan politik dalam kabinetnya.
Ketika ada krisis diplomatik, misalnya jika harus memutuskan hubungan diplomatik ataupun menyatakan perang, Prabowo paling tinggi, sedangkan Jokowi, JK, dan Hatta mendapat penilaian biasa-biasa saja.
Keunggulan Jokowi
Jokowi dianggap lebih rendah hati dibanding Prabowo, sedangkan dari segi ketelitian, Jusuf Kalla dinilai lebih teliti dalam memandang persoalan, sedangkan Prabowo-Hatta kurang.
Untuk kestabilan emosi, Jokowi-JK mendapat nilai paling tinggi artinya lebih mampu mengontrol emosi, sedangkan Prabowo mendapat nilai rendah.
Dari gaya interpersonal (hubungan secara pribadi dengan orang lain), Prabowo dinilai lebih suka bekerja sendiri, sedangkan Jokowi-JK dalam menyelesaikan tugas lebih mementingkan aspek interpersonal dengan orang lain.
Penilaian para psikolog terhadap kemauan mendengarkan pendapat orang lain, apabila capres yang terpilih melaksanakan rapat dengan anggota dewan, Prabowo dianggap tidak punya kepentingan mendengarkan pendapat orang lain, tetapi hanya orang dekatnya saja, dan bukan seluruh menteri dalam kabinetnya. JK dan Hatta mendapat penilaian sedang, dan Jokowi paling tinggi dalam mendengarkan pendapat orang lain.
Dalam membela kepentingan minoritas, Prabowo paling rendah, sedangkan Jokowi-JK dianggap paling besar keinginannya untuk membela kaum minoritas.
Ketika ada partai koalisinya yang tersangkut korupsi, Prabowo-Hatta dapat nilai setengah dalam arti ada kemungkinan membela dan bisa juga tidak. Maka, Prabowo dinilai akan adanya kemungkinan mengalami skandal politik. Sedangkan Jokowi-JK dianggap pasti melaporkan siapapun yang melakukan korupsi, tidak peduli partai koalisinya atau bukan.
Kemampuan masing-masing capres dalam menghadapi situasi yang stressful (penuh tekanan), Jokowi-JK dianggap paling tegar, kemudian disusul Prabowo-Hatta yang lebih rendah nilainya.
Kemungkinan terjadinya burn out (kelelahan fisik, emosional, mental yang berujung pada stres), Prabowo paling tinggi, disusul Hatta, Jokowi, dan JK paling rendah.
Kemungkinan menunjukan grandiose (penilaian yang berlebihan atas diri, kekuasaan pengetahuan, mensejajarkan dirinya dengan tokoh hebat), Prabowo nilainya paling tinggi, ia dianggap pribadi yang senang dengan kebesaran. Hal tersebut dinilai salah satunya dari cara bicaranya dengan suara besar dan nada yang tinggi. Sedangkan Jokowi lebih rendah yang kemungkinan dinilai dari penampilan ndeso-nya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...