Swedia Putuskan Deportasi Pembakar Al Quran ke Irak, Tapi Tidak Melaksanakan
Alasannya, Swedia menilai jika dideportasi, pria itu akan menghadapi risiko siksaan di negara asalnya.
STOCKHOLM, SATUHARAPAN.COM-Badan migrasi Swedia mengatakan pada hari Kamis (26/10) bahwa pihaknya telah memutuskan untuk mendeportasi seorang pria Irak yang membakar salinan Al Quran, kitab suci umat Islam, namun perintah tersebut tidak akan dilaksanakan karena dinilai pria tersebut akan menghadapi risiko disiksa di negara asalnya.
Pada bulan Agustus, Swedia meningkatkan kewaspadaan terhadap terorisme ke tingkat tertinggi kedua dan memperingatkan peningkatan ancaman terhadap warga Swedia di dalam dan luar negeri setelah pembakaran Al Quran membuat marah umat Islam dan memicu ancaman dari ekstremis.
Beberapa aksi dipimpin oleh Salwan Momika, seorang pengungsi asal Irak yang menyatakan ingin memprotes seluruh institusi Islam dan melarang kitab sucinya.
“Kemarin, Badan Migrasi memutuskan untuk menarik kembali status dan izin tinggalnya dan memutuskan bahwa dia harus dideportasi,” kata juru bicara Badan Migrasi Swedia kepada Reuters.
Dia mengatakan alasannya adalah pria tersebut memberikan informasi palsu pada permohonan izin tinggalnya.
Namun, juru bicara tersebut mengatakan, Swedia tidak dapat melaksanakan perintah deportasi karena pria tersebut akan menghadapi risiko penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi jika dia dikirim ke Irak. Jika situasinya berubah, pria tersebut akan dideportasi, tambahnya.
Pada bulan Juli, agensi tersebut mengatakan sedang memeriksa ulang izin tinggal Momika.
“Saya tidak akan meninggalkan Swedia. Saya akan hidup dan mati di Swedia. Badan Migrasi Swedia telah melakukan kesalahan serius. Saya menduga ada motif politik tersembunyi di balik keputusan ini. Saya akan mengajukan banding,” kata Momika kepada lembaga penyiaran publik Swedia, SVT.
Aktivis anti Islam telah membakar beberapa salinan Al Quran di Swedia dan Denmark, dua negara paling liberal di dunia yang mengizinkan kritik tajam terhadap agama atas nama kebebasan berpendapat. Namun banyak umat Islam memandang penodaan Al Quran, yang mereka anggap sebagai firman Tuhan secara harfiah, sebagai pelanggaran berat.
Pekan lalu, seorang pria bersenjata Tunisia membunuh dua penggemar sepak bola Swedia di Brussels dalam sebuah serangan yang menurut perdana menteri Swedia menunjukkan bahwa Eropa harus meningkatkan keamanan untuk melindungi diri mereka sendiri. Pria bersenjata itu mengidentifikasi dirinya sebagai anggota ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dan mengaku bertanggung jawab dalam sebuah video yang diposting online. (Reuters/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...