PBB: Tidak Ada Tempat Yang Aman di Jalur Gaza
PBB, SATUHARAPAN.COM-PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) mengeluarkan peringatan keras pada hari Kamis (26/10) bahwa “tidak ada tempat yang aman” di Gaza di tengah meningkatnya serangan udara Israel dalam persiapan serangan darat yang diperkirakan akan dilakukan.
Ketika Israel membalas setelah serangan Hamas yang mengejutkan pada tanggal 7 Oktober dengan serangan terhadap hampir seluruh wilayah kantong Palestina, “rakyat hanya mempunyai pilihan yang mustahil. Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” kata Lynne Hastings, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, dalam sebuah pernyataan.
Israel perlu menyetujui gencatan senjata penuh di Gaza agar bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dapat disalurkan, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki, mengatakan pada hari Kamis (26/10) di Den Haag, Belanda.
Para pemimpin Uni Eropa pada hari Kamis siap untuk menyerukan penghentian pemboman ke dalam dan ke luar Gaza untuk memungkinkan akses terhadap bantuan, namun al-Maliki mengatakan usulan ini tidak dapat diterima, karena tidak akan menjamin bantuan dapat masuk dan pasokan air dan listrik dapat dipulihkan.
Ancaman Hamas
Wakil ketua kelompok militan Palestina Hamas, Saleh al-Arouri, mengatakan bahwa jika Israel melancarkan invasi darat ke Jalur Gaza, Israel akan mengalami “kekalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
“Jika musuh masuk melalui darat, akan ada halaman baru dan kejayaan bagi rakyat kami, dan ini akan menjadi kekalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi penjajah dalam sejarah konflik,” kata Arouri dalam wawancara dengan TV al-Manar milik Hizbullah.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada hari Rabu (25/10) bahwa penundaan invasi darat ke Gaza terhadap Hamas sudah dekat. “Kami sedang mempersiapkan serangan darat. Saya tidak akan merinci kapan, bagaimana, berapa banyak. Saya juga tidak akan memerinci berbagai pertimbangannya, yang sebagian besar tidak diketahui masyarakat. Dan itulah yang seharusnya terjadi. Inilah caranya, agar kami melindungi nyawa tentara kami,” kata laporan Times of Israel mengutip ucapannya.
“Waktu operasi ditentukan dengan suara bulat oleh kabinet perang dan kepala staf,” tambahnya.
Netanyahu menekankan bahwa: “Israel sedang berjuang untuk eksistensinya,” seraya menambahkan bahwa perang tersebut memiliki dua tujuan: “Untuk melenyapkan Hamas dengan menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahannya, dan melakukan segala kemungkinan untuk mendapatkan sandera kembali.”
Keterlibatan Hizbullah
Selain itu, Arouri menekankan bahwa Hamas dan milisi Hizbullah Lebanon terus melakukan kontak dan koordinasi. “Hizbullah bekerja di semua tingkatan baik militer maupun politik, dan pertempuran ini adalah pertempuran mereka, dan kami memiliki satu tujuan dan satu takdir,” kata Arouri. Dia menambahkan: “Pertempuran kami adalah satu dan takdir kami adalah menuju Yerusalem, dan kami terus berkomunikasi dan berkoordinasi dalam pertempuran ini.”
Pernyataan Arouri tersebut menyusul pertemuannya dengan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan pemimpin Jihad Islam Palestina, Ziad al-Nakhala. Hizbullah mengatakan tentang pertemuan tersebut: “Penilaian telah dilakukan terhadap posisi internasional dan regional yang diambil dan apa yang harus dilakukan oleh pihak-pihak Poros Perlawanan dalam tahap sensitif ini untuk mewujudkan kemenangan nyata bagi perlawanan di Gaza dan Palestina dan untuk menghentikan tindakan barbar agresi."
Iran menyebut sekelompok milisi proksi yang didukungnya di seluruh kawasan, seperti Hamas di Palestina, Hizbullah di Lebanon, dan milisi lain di Irak dan Suriah, sebagai bagian dari “poros perlawanan.” (AFP/Reuters/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...