Syafaat Abraham
Abraham tak hanya bersimpati dengan keadaan Sodom, melainkan berempati terhadap penduduk Sodom. Arti harfiah simpati adalah ”bersama-sama menderita”, namun empati berarti ”dalam penderitaan orang lain”.
SATUHARAPAN.COM – Abraham tidak meminta sesuatu bagi dirinya sendiri. Abraham menjadi juru syafaat bagi Sodom (Kej. 18:20-32). Abraham peduli dengan nasib Sodom. Abraham merasa sayang jika Sodom musnah. Oleh karena itu, Abraham berupaya untuk tawar-menawar dengan Allah.
Jelaslah, tak ada seorang pun yang meminta Abraham untuk membela Sodom. Penduduk Sodom, bahkan Lot sendiri, tidak pernah memintanya. Akan tetapi, Abraham berinisiatif untuk membela kota itu, seakan-akan dia memang tinggal di kota tersebut. Abraham tak hanya bersimpati dengan keadaan Sodom, melainkan berempati terhadap penduduk Sodom. Arti harfiah simpati adalah ”bersama-sama menderita”, namun empati berarti ”dalam penderitaan orang lain”.
Abraham merasa perlu menawar dari 50 orang benar hingga menjadi 10 orang benar di Sodom agar kota itu selamat dari murka Allah. Dan itu dilakukannya tanpa pamrih. Lagi pula, jika Sodom selamat, Abraham pun tak dapat menyatakan hal itu kepada penduduk Sodom karena mereka memang tidak percaya kepada Allah. Dan sekali lagi, tak ada duta dari Sodom yang meminta Abraham untuk membelanya. Jelaslah, Abraham melakukannya tanpa pamrih.
Pertanyaannya? Bagaimanakah dengan kita? Ketika kita menjadi juru syafaat bagi orang lain, apakah kita sungguh-sungguh berempati? Atau, sekadar ucapan bibir belaka? Doa Syafaat seharusnya mengingatkan kita untuk tidak hanya bersikap simpati, melainkan empati. Jadi bukan hanya omongan di bibir. Apa lagi, kalau hanya beranggapan bahwa doa syafaat berarti doa yang panjang.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...