Taiwan Ingatkan China Tidak Lakukan Petualangan Militer
TAIPEI, SATUHARAPAN.COM-Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menyampaikan pesan Tahun Baru untuk China pada hari Sabtu (1/1): konflik militer bukanlah jawabannya, tetapi Beijing menanggapi dengan peringatan keras bahwa jika Taiwan melewati garis merah apa pun, itu akan mengarah pada "bencana besar.”
China mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya, dan telah meningkatkan tekanan militer dan diplomatik dalam dua tahun terakhir untuk menegaskan klaim kedaulatannya.
"Kita harus mengingatkan pihak berwenang Beijing untuk tidak salah menilai situasi dan untuk mencegah ekspansi internal 'petualangan militer'," kata Tsai pada hari Sabtu dalam pidato Tahun Barunya, yang disiarkan langsung di Facebook.
Taiwan mengatakan itu adalah negara merdeka dan telah berulang kali bersumpah untuk mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.
Presiden China, Xi Jinping, mengatakan dalam pidato Tahun Barunya pada hari Jumat (31/12) bahwa penyatuan lengkap "tanah air" adalah aspirasi yang dimiliki oleh orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan.
Pada hari Sabtu, setelah pidato Tsai, Zhu Fenglian, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, mengatakan: “Kami bersedia berjuang untuk prospek reunifikasi damai.”
"Tetapi jika pasukan separatis 'kemerdekaan Taiwan' terus memprovokasi dan memaksa, atau bahkan melewati garis merah, kami harus mengambil tindakan tegas."
Mengejar kemerdekaan hanya akan melemparkan Taiwan ke dalam “jurang yang dalam” dan membawa “bencana yang sangat dalam,” tambah Zhu.
Dalam beberapa bulan terakhir, Beijing telah mengirim misi udara berulang-ulang di atas Selat Taiwan. Taiwan mengatakan tidak akan menyerah pada ancaman.
“Militer jelas bukan pilihan untuk menyelesaikan perselisihan lintas selat. Konflik militer akan berdampak pada stabilitas ekonomi,” kata Tsai.
Untuk meredakan ketegangan di kawasan itu, baik Taipei maupun Beijing harus “bekerja keras untuk menjaga mata pencaharian masyarakat dan menenangkan hati masyarakat” untuk menemukan solusi damai untuk masalah bersama, katanya.
Tsai juga mengatakan Taiwan akan terus memantau situasi di Hong Kong, menambahkan bahwa campur tangan dalam pemilihan legislatif baru-baru ini dan penangkapan staf senior outlet media pro demokrasi Stand News “membuat orang semakin khawatir tentang hak asasi manusia dan kebebasan berbicara di Hong Kong”.
“Kami akan memegang teguh kedaulatan kami, menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan dan demokrasi, mempertahankan kedaulatan wilayah dan keamanan nasional, serta menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik,” kata Tsai. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...