Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda 08:08 WIB | Senin, 10 Agustus 2015

Tak ada gunanya memotivasi bawahan!

Setiap karyawan pada dasarnya sudah termotivasi setiap saat.
Suasana kerja yang menyenangkan (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Yang  benar saja,” kata Anda, ”masakan bawahan akan dibiarkan tidak termotivasi? Pastinya akan menurunkan produktivitas!”

Susan Fowler, penulis buku Why Motivating People Doesn’t Work, mempunyai alasan ketika ia menulis bukunya. Ia mendorong para pemimpin untuk berhenti memberikan motivasi kepada anak buah mereka.

Menurut Fowler, upaya itu hanya akan mendatangkan frustrasi bagi semua yang terlibat, dan tak menghasilkan. Khususnya jika yang diharapkan adalah komitmen tinggi dan hasil kerja unggulan.  Teknik ”carrot and stick” yang sudah amat lama dikenal itu, yang dalam bahasa Indonesia mudah disebut dengan teknik ”iming-iming”, hanyalah akan meningkatkan produktivitas yang bersifat sementara.

Tetapi, ketika ”suapan” atau ”ancaman”  kehilangan tuahnya, maka menghilang pula komitmen bawahan.  Ganjaran eksternal sesungguhnya bersifat sementara. Karena sesungguhnya, setiap karyawan pada dasarnya sudah termotivasi setiap saat!

Yang harus dilakukan pemimpin adalah membantu bawahan untuk mampu melihat bagaimana pekerjaan/jabatan mereka dapat memenuhi kebutuhan psikologis mereka yang lebih dalam, seperti berikut ini.

Pertama, karyawan tidak akan termotivasi untuk mengerjakan segala yang ”harus” mereka kerjakan, melainkan yang mereka ”pilih” untuk dikerjakan.  Bawahan butuh otonomi. Ini adalah kebutuhan dasar manusia: tidak suka berada pada posisi diatur orang lain. Kalau diatur orang lain, maka yang dikerjakan adalah yang  ”harus’” dikerjakan, bukan yang ia suka kerjakan. Kepiawaian pimpinan di sini adalah untuk menunjukkan bahwa pekerjaan atau jabatan yang sedang diemban bawahan itu memang sesuatu yang akan menjadi pilihan utamanya.

Kedua,  motivasi yang timbul karena karyawan mengerjakan hal yang berkaitan dengan nilai kehidupan mereka, tujuan hidup, kecintaan, kegairahan, kesukacitaan, pasti berbeda dengan motivasi yang ditimbulkan oleh iming-iming kekuasaan, status, atau ganjaran penghargaan apa pun dari luar dirinya.

Dalam hal ini, ada perasaan berguna bagi orang lain dan saling membutuhkan. Ada perasaan bahwa apa yang menjadi tanggung jawabnya adalah bagian dari suatu karya besar. Pemimpin, yang menginspirasi, dapat membuka cakrawala itu bagi bawahannya, bukan hanya untuk jabatan yang tinggi atau pekerjaan yang kompleks, namun juga untuk pekerjaan yang tampaknya sederhana.

Ketiga, motivasi untuk menjadi semakin baik dari hari ke hari, berkeinginan menghasilkan yang terbaik, mencapai keunggulan, living life to the fullest adalah kebutuhan yang lebih mendorong produktivitas ketimbang motivasi untuk  mengalahkan orang lain, memenangkan pertandingan, yang sering terasa melelahkan dan tak pernah berujung.

Kemenangan kecil setiap hari atas diri sendiri, lebih berarti dan bertahan ketimbang persaingan yang bagai lari marathon 10K  yang melelahkan. Bangsa Jepang punya kebiasaan yang sangat baik untuk itu, yaitu metode Kaizen: melakukan perubahan kecil setiap hari. Perubahan kecil, yang dilakukan dengan setia, pasti suatu saat akan menghasilkan perubahan besar. Rasa sukses dalam hal kecil, suatu saat akan muncul sebagai sukses besar ketika kesetiaan terhadap hal kecil terus dipelihara.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home