Tak Hadir di KTT Kemanusiaan, PBB Kritik Negara G-7
ISTANBUL, TURKI, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Selasa (24/5), mengkritik pemimpin negara-negara terkaya di dunia, karena tidak menghadiri KTT Kemanusiaan Dunia yang pertama di Istanbul Turki, yang diselenggarakan pada tanggal 23-24 Mei 2016.
Pada penutupan KTT Kemanusiaan Dunia, Ban mengatakan, bahwa hal ini sangat mengecewakan, dengan ketidakhadiran beberapa pemimpin dunia tergabung dalam kelompok negara G7 yaitu, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang , Inggris, dan Amerika Serikat. Hanya Kanselir Jerman Angela Merkel yang menghadiri KTT tersebut.
Ban juga mengkritik anggota Dewan Keamanan PBB, yang hanya memperhatikan isu-isu kritis perang dan damai, namun tidak memperhatikan urusan kemanusiaan, dan menekankan, bahwa ketidakhadiran mereka bukan menjadi alasan untuk tidak bertindak.
KTT, yang bertujuan untuk meningkatkan respons kemanusiaan terhadap krisis global, telah menarik simpati 10.000 peserta termasuk partisipasi dari 65 kepala negara. Meskipun negara-besar tidak hadir, namun akan tetap mendorong agar dibuat lebih dari 1.500 komitmen oleh perwakilan dari 400 negara, organisasi kemanusiaan dan kelompok lain, sesuai dengan prioritas KTT tersebut.
Pada hari kedua KTT, para pejabat PBB menyerukan kesiapan besar untuk keadaan darurat ,dan peningkatan perlindungan bagi yang kelompok yang paling rentan. PBB meluncurkan program "Global Siaga", yaitu kemitraan negara negara agar siap menghadapi risiko di masa mendatang, terutama yang disebabkan oleh perubahan iklim, di tahun 2020.
Stephen O'Brien, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, mengatakan "kemampuan untuk mempersiapkan mitigasi bencana alam secara matang , apalagi menghadapi risiko dari bencana alam atau fenomena meteorologi seperti El Nino.
Izumi Nakamitsu, Direktur Program Pengembangan Satuan Krisis dan Respons PBB mengatakan, “Kita perlu mencapai kelompok yang paling rentan, dan orang yang paling terkena dampak pertama dan sangat sering adalah perempuan dan anak-anak," katanya.
"Perempuan dan anak perempuan, 14 kali lebih mungkin meninggal dari bencana alam daripada laki-laki dan anak laki-laki," kata wartawan Yordania Princess Sarah Zeid. "Konflik, perubahan iklim, yang belum pernah terjadi sebelumnya, perempuan dan anak perempuan yang pertama terkena dampaknya.”
Tema yang terutama dalam KTT tersebut adalah, menegakkan hukum kemanusiaan internasional, memastikan respons yang lancar antara bantuan darurat dan pembangunan, dengan memobilisasi lebih banyak sumber daya, dengan pembagian yang efisien dan yang lebih besar kepada mereka yang membutuhkan dan untuk relawan kemanusiaan lokal.
"KTT ini menggarisbawahi masyarakat internasional dalam mengolah krisis," kata Elhadj sekretaris jenderal Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Sementara itu, KTT ini juga mendatangkan kritik yang tajam terutama dari kelompok-kelompok hak asasi dan masyarakat kemanusiaan yang mempertanyakan, Turki sebagai tuan rumah, mereka prihatin dengan komitmen yang telah dibuat , namun tidak mengikat. (washingtonpost.com)
Editor : Bayu Probo
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...