Taliban Larang Perempuan Bekerja di Pemerintahan Kota Kabul
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Pegawai perempuan di pemerintah kota Kabul diperintahkan untuk tinggal di rumah, dan pekerjaan hanya diperbolehkan bagi mereka yang tidak dapat digantikan oleh laki-laki, kata walikota sementara ibu kota Afghanistan, hari Minggu (19/9). Ini merinci pembatasan terbaru pada perempuan oleh penguasa baru Taliban.
Sementara itu, saksi mata mengatakan sebuah ledakan menargetkan kendaraan Taliban di kota Provinsi Jalalabad, dan pejabat rumah sakit mengatakan lima orang tewas dalam ledakan mematikan kedua dalam beberapa hari di kubu Negara Islam atau ISIS.
Keputusan untuk menghentikan sebagian besar pekerja kota perempuan kembali ke pekerjaan mereka adalah tanda lain bahwa Taliban, yang menyerbu Kabul bulan lalu, menegakkan interpretasi keras mereka tentang Islam, meskipun janji awal oleh beberapa orang disebutkan bahwa mereka akan toleran dan inklusif.
Dalam pemerintahan mereka sebelumnya pada 1990-an, Taliban telah melarang anak perempuan dan perempuan bersekolah, bekerja di luar rumah, dan melarang kehidupan publik.
Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah baru Taliban mengeluarkan beberapa dekrit yang membatalkan hak-hak anak perempuan dan perempuan. Ini memberi tahu siswa perempuan sekolah menengah bahwa mereka tidak dapat kembali ke sekolah untuk saat ini, sementara anak laki-laki di kelas itu melanjutkan studi akhir pekan ini.
Mahasiswa perempuan diberitahu bahwa studi akan dilakukan dalam pengaturan yang dipisahkan berdasarkan jender mulai sekarang, dan bahwa mereka harus mematuhi aturan berpakaian Islami yang ketat.
Di bawah pemerintah yang didukung Amerika Serikat yang digulingkan oleh Taliban, sebagian besar studi universitas telah dilakukan bersama baik laki-laki maupun perempuan.
Pada hari Jumat (17/9), Taliban menutup Kementerian Urusan Perempuan, menggantinya dengan kementerian untuk "penyebaran kebajikan dan pencegahan kejahatan" dan bertugas menegakkan hukum Islam.
Pada hari Minggu, lebih dari selusin perempuan melakukan protes di luar kementerian, mengangkat tanda-tanda yang menyerukan partisipasi perempuan dalam kehidupan publik. “Masyarakat di mana perempuan tidak aktif adalah masyarakat mati,” salah satu berbunyi seruan mereka.
Protes berlangsung sekitar 10 menit. Setelah konfrontasi verbal singkat dengan seorang pria, para perempuan itu masuk ke mobil dan pergi, ketika Taliban di dua mobil dmengawasi dari dekat. Selama beberapa bulan terakhir, pejuang Taliban telah membubarkan beberapa protes wanita dengan paksa. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...