Taman Safari Bogor Kelola Limbah Berkelanjutan
BOGOR, SATUHARAPAN.COM - Taman Safari Indonesia (TSI) Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengembangkan konsep pengelolaan limbah secara berkelanjutan dengan menggandeng PT Greenprosa.
CEO Greenprosa Arky Gilang Wahab di Bogor, Rabu (12/7), menjelaskan pihaknya sedang mematangkan tempat pengolahan limbah dan sistem Integrated Waste Management (IWM) di Taman Safari Bogor.
Sentra pengolahan limbah, kata dia, akan dipusatkan di pintu keluar Taman Safari Bogor yang lokasinya tak jauh dari titik transit penampungan sampah anorganik dan organik.
“Khusus untuk di TSI Bogor bakal menjadi percontohan pengolahan limbah kawasan zoo di Indonesia," ujarnya.
Melalui pengolahan sampah organik, katanya, Taman Safari akan memanen maggot sebagai sumber protein pakan ikan dan hasil lainnya berupa pupuk kasgot atau bekas maggot.
Ia menargetkan sistem itu menghasilkan maggot satu ton per hari.
Dia menjelaskan manfaat budi daya maggot beragam, seperti mendekomposisi sampah organik sehingga sampah-sampah organik yang biasanya berbau dan dibuang begitu saja, saat ini dapat dimanfaatkan.
“Manfaat lainnya adalah sampah yang didekomposisi maggot (kasgot) dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Padahal, jika dengan proses dekomposisi biasa atau bukan dengan maggot, prosesnya cukup lama," kata dia.
Arky menjelaskan saat ini program tersebut memasuki tahap finalisasi serta sosialisasi pemilahan sampah ke semua divisi di Taman Safari Bogor.
“Kita akan uji cobakan mesin pengolahan dengan kapasitas sampah harian. Jika melihat data yang kami hitung per Desember 2022, bakal terkaver sepenuhnya. Residu sampahnya hanya tersisa lima persen. Ini tentu sangat meringankan beban sampah di Indonesia,” katanya.
General Manager Taman Safari Bogor Emeraldo Parengkuan menjelaskan pengembangan IWM sudah dilakukan sejak empat bulan terakhir, diawali persiapan infrastruktur.
"Sudah masuk finalisasi dan siap running. Kita berharap program ini bisa menjadikan Taman Safari Bogor sebagai 'pilot project' (proyek percontohan) dan rujukan green company (perusahaan hijau) di Indonesia," katanya.
Dia menjelaskan tujuan pengelolaan limbah secara berkelanjutan tidak lepas dari kepedulian Taman Safari terhadap kondisi sampah basah di Indonesia.
Maka, kata Emeraldo, melalui kerja sama dengan Greenprosa yang dijalin sejak November 2022, Taman Safari sebagai kawasan konservasi satwa dan alam berkomitmen mengusahakan sistem merit pengelolaan sampah terbaik di Indonesia.
“Kita terus bersinergi dengan semua entitas, baik pemerintah mau pun swasta agar bersama-sama mengontrol kapasitas sampah,” tuturnya.
Program percontohan industri hijau atau green industry untuk kawasan wisata di Indonesia yang memasuki uji coba volume pengolahan sampah ini menarik perhatian banyak pihak, seperti Kementerian Keuangan RI bersama Yayasan Dharma Bhakti Astra (YBDA) dan Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang datang meninjau Taman Safari Bogor pada Rabu (12/7).
Penasihat YBDA Tonny Sumartono menyebutkan kunjungan itu untuk melihat langsung tata kelola dan daur ulang sampah sebagai implementasi IWM yang dilakukan TSI dengan Greenprosa.
“Ini juga bisa jadi rujukan bagi semua entitas untuk memikirkan pembangunan sistem pengelolaan sampah," katanya.
Dia mengatakan sampah yang selama ini dianggap tak mempunyai nilai, sedangkan melalui konsep ini dapat mendatangkan nilai melalui magot untuk pakan burung.
Turut hadir dalam kunjungan di antaranya Sigit Kumala, Ketua Pengurus YDBA (Yayasan Dharma Bhakti Astra), Ema Poedjiwati (Sekretaris Pengurus YDBA) dan M. Agus Rofiudin (Kepala Lembaga Nasional Single Window Kemenkeu RI).
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...