Loading...
SAINS
Penulis: Melki Pangaribuan 15:02 WIB | Kamis, 05 Desember 2013

Tanah DKI Jakarta Tiap tahun Ambles Lima Centimeter

Alat berat sedang merenovasi taman di sekitar tugu Monas. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral  (ESDM) memperkirakan penurunan permukaan air tanah yang terjadi di DKI Jakarta rata-rata per tahun 5 cm.

"Penurunan tanah di Provinsi DKI Jakarta rata-rata sekitar 5 cm, makin ke selatan makin kecil, namun makin ke utara makin besar. Di utara, kita masih mendapati tanah-tanah lunak yang cukup luas yang di samping akibat pengambilan air tanah, juga memang sifat tanahnya yang masih lunak sedang natural consolidation secara alami menuju pemadatan,” kata Kepala Pusat Sumber Air Tanah Dan Geologi Lingkungan, Dodid Murdohardono dalam acara “Workshop Informasi Geologi Lingkungan dalam Menunjang Penataan Ruang Bawah Tanah Jakarta”, pada Rabu (4/12).

Kejadian amblesan tanah, khususnya di wilayah Jakarta memengaruhi infrastruktur yang ada seperti bangunan dan drainase. Sebagai contoh, hasil pemantauan selama setahun (2011-2012) pada 15 titik pantau daerah, ada beberapa daerah telah mengalami penurunan dan yang terbesar adalah daerah Kapuk mulai dari Pejagalan hingga Pantai Indah Kapuk (PIK).

“Dengan penurunan terbesar mencapai 9,89 cm di daerah PIK dan 9,54 cm di Jalan Marina Indah, sedangkan penurunan yang terkecil di daerah Gunung Sahari sebesar 0,62 cm,” ungkap data tersebut.

Daerah Jakarta Utara umumnya disusun oleh endapan lempung lanauan dan lanau pasiran dengan sisipan lempung organik yang memiliki kompresibilitas tinggi. Untuk mengurangi laju penurunan, pemerintah pusat dan daerah secara sinergis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: melakukan penambahan resapan air ke dalam tanah, untuk keperluan air bersih perlu mulai mempertimbangkan untuk mengganti penggunaan air tanah dengan mengolah air permukaan, dalam membangun konstruksi bangunan serta perencanaan tata ruang perlu mempertimbangkan adanya amblesan air tanah serta sebaran air tanah payau atau air asin.

Langkah selanjutnya adalah dengan penambahan kolam penampungan air hujan sebagai pengganti air tanah yang telah tergusur oleh pembangunan konstruksi bawah tanah dan pemulihan fungsi situ-situ di DKI Jakarta. (ESDM)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home