Tanah Longsor Akibat Hujan Deras di Korea Selatan, 40 Tewas
Kemenlu: tidak ada laporan WNI yang jadi korban longsor di Korsel.
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Hujan deras mengguyur Korea Selatan untuk hari kesembilan pada hari Senin (17/7) ketika petugas penyelamat berjuang untuk mencari korban yang selamat dari tanah longsor, rumah-rumah tertimbun dan kendaraan terendam dalam badai paling merusak yang melanda negara itu tahun ini.
Sedikitnya 40 orang tewas, 34 lainnya luka-luka dan lebih dari 10.000 orang harus mengungsi dari rumah mereka sejak 9 Juli, ketika hujan deras mulai mengguyur negara itu. Kerusakan terparah terkonsentrasi di wilayah tengah dan selatan Korea Selatan.
Di pusat kota Cheongju, ratusan petugas penyelamat, termasuk penyelam, terus mencari korban selamat di terowongan berlumpur di mana sekitar 15 kendaraan, termasuk bus, terjebak dalam banjir bandang yang mungkin memenuhi lorong dalam beberapa menit pada hari Sabtu malam.
Pemerintah telah mengerahkan hampir 900 pekerja penyelamat ke terowongan yang sejauh ini telah menarik 13 mayat dan menyelamatkan sembilan orang yang dirawat karena cedera. Tidak segera jelas berapa banyak orang yang berada di dalam mobil yang terendam.
Pada hari Senin (17/7) sore, petugas penyelamat telah memompa keluar sebagian besar air dari terowongan dan mencari lokasi dengan berjalan kaki, sehari setelah mereka menggunakan perahu karet untuk memindahkan dan mengangkut jenazah dengan tandu.
Ratusan pekerja darurat, tentara dan polisi juga mencari korban yang selamat di kota tenggara Yecheon, di mana sedikitnya sembilan orang tewas dan delapan lainnya dinyatakan hilang setelah tanah longsor menghancurkan rumah-rumah dan membuat jalan rusak, kata kantor kabupaten.
Foto-foto dari tempat kejadian petugas polisi menggunakan anjing pencari saat mengarungi lumpur setinggi lutut dan puing-puing dari rumah yang hancur.
Hampir 200 rumah dan sekitar 150 jalan rusak atau hancur di seluruh negeri, sementara 28.607 orang tanpa listrik selama beberapa hari terakhir, kata Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan dalam sebuah laporan.
Administrasi Meteorologi Korea mempertahankan peringatan hujan lebat di sebagian besar wilayah negara. Hujan deras mengguyur hingga tiga Centimeter (1,2 inci) per jam di beberapa wilayah selatan. Kantor tersebut mengatakan wilayah tengah dan selatan masih bisa mendapatkan curah hujan tambahan sebanyak 20 Centimeter (7,9 inci) hingga hari Selasa (18/7).
Sekembalinya dari perjalanan ke Eropa dan Ukraina, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengadakan pertemuan darurat pemerintah. Dia meminta para pejabat untuk menetapkan daerah yang paling terpukul sebagai zona bencana khusus untuk membantu menyalurkan lebih banyak bantuan keuangan dan logistik ke dalam upaya bantuan.
Yoon kemudian mengunjungi Yecheon di mana dia diberi pengarahan tentang upaya pencarian dan penyelamatan.
Tidak Ada WNI Jadi Korban
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul melakukan koordinasi dengan otoritas lokal dan kelompok komunitas Indonesia melalui Tim Gerak Cepat (Gercep) yang tersebar di berbagai wilayah tempat tinggal Warga Negara Indonesia (WNI). Sampai saat ini, tidak ada laporan mengenai WNI yang menjadi korban meninggal dunia, hilang, atau dievakuasi.
KBRI Seoul juga telah mengeluarkan imbauan kepada WNI di Korea Selatan agar meningkatkan kewaspadaan, selalu mengikuti perkembangan situasi melalui informasi resmi dari otoritas setempat dan media, serta segera menghubungi hotline KBRI Seoul jika menghadapi situasi darurat. Imbauan yang sama juga disampaikan melalui aplikasi Safe Travel Kemlu.
Berdasarkan data Imigrasi Korea per tanggal 31 Mei 2023, tercatat sebanyak 47.304 WNI dengan visa tinggal di Korea Selatan selama lebih dari satu tahun. Mereka terdiri dari pekerja migran, pelajar/mahasiswa, profesional, serta WNI yang menikah dengan warga negara Korea. (dengan AP)
Editor : Sabar Subekti
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...