Tanker Orkim Harmony Dirompak Demi Dapatkan Klaim Asuransi
BATAM, SATUHARAPAN.COM Panglima Komando Armada Wilayah Barat (Pangkoarmabar), Laksamana Muda TNI A Taufiq, mengatakan motif kawanan perompak MT Orkim Harmony yang bermuatan minyak senilai Rp72 miliar adalah klaim asuransi dan meraup keuntungan di pasar gelap.
"Ini (perompakan) sudah diskenariokan sejak awal. Tujuannya adalah asuransi. Jadi mereka mendapatkan hasil dua kali lipat," kata Taufiq saat memberikan keterangan di Markas Lanal Batam, Selasa, sehubungan dengan telah tertangkapnya salah satu otak kejahatan tersebut.
Tim Gabungan Western Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL menangkap AJ di salah satu apertemen Jakarta. Pria itu diduga berperan sebagai salah satu aktor perompakan MT Orkim Harmony pada 11 Juni 2015.
"AJ merupakan salah satu otak perompakan kapal tersebut. Pelaku juga sudah melakukan empat perompakan sejak 2012," kata Pangkoarmabar.
Dari hasil pemeriksaan sementara, kata dia, ternyata kasus perompakan MT Orkim Harmony yang membawa sekitar 5.879 metrik ton minyak bernilai 21 juta ringgit (Rp73,5 miliar) tersebut sudah disekenariokan dari awal oleh pembeli, perantara, dan awak kapal, dan para pelaku.
Sebelumnya, TNI juga sudah menangkap empat pelaku lain dan kapal yang digunakan untuk membajak kapal tersebut pada Juli 2015.
"Skenario perompakan MT Orkim Harmony melibatkan AJ dan peran sentral dari seseorang WN asing yang berdomisili di Thailand. Identitasnya ST alias AV," kata dia.
Tujuan dari perompakan tersebut adalah agar pemilik mendapatkan klaim asuransi sekaligus bisa menjual minyak pada pasar gelap.
Selain itu, menurut Taufiq, banyak perompakan berkaitan dengan persaingan bisnis antar pengusaha minyak.
"Para pemain level atas bersaing satu sama lain. Mereka meminta pelaku atau tersangka perompak dari Indonesia yang sudah tertangkap untuk menjalankan aksi perompakan pada pesaingnya. Tujuannya agar pesaing rugi sehingga mereka mendapat keuntungan lebih dari hilangnya pesaing," kata dia.
Berdasarkan pengakuan pelaku yang sudah ditangkap, kata Taufiq, diperkirakan sekitar 95 persen kasus perompakan dengan pengambilan muatan merupakan sekenario dari para pemain minyak tingkat atas dari luar Indonesia.
"Artinya, kondisi tersebut sengaja diciptakan agar terkesan perairan Indonesia khususnya sekitar Selat Malaka tidak aman. Padahal itu rekayasa belaka," kata Taufiq.(Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...