Tatapan dan pelukan Seorang Ibu
Tidak ada cara yang lebih diharapkan seorang ibu untuk menghormatinya selain dari komunikasi.
SATUHARAPAN.COM – Setahun lalu, saat mengikuti ibadah rumah tangga, ada satu hal yang menarik perhatian saya. Ketika tuan rumah diminta untuk membagikan pokok doa, Si Ibu pemilik rumah meminta doa untuk anaknya agar bisa berjalan. Saya langsung memperhatikan anaknya yang sedang duduk di depan ibunya.
Si Ibu menceritakan kalau anaknya sudah hampir genap dua tahun tetapi belum bisa berjalan bahkan berdiri. Saya melihat secara fisik anak itu tumbuh normal, artinya tubuhnya tumbuh sebagaimana anak seusianya. Semakin saya perhatikan anak itu kelihatan sangat tidak percaya diri.
Beberapa hari lalu saya melihat anak itu sedang bermain-main bersama ibunya. Dan tampak jelas anak itu masih belum bisa berjalan. Tubuhnya sudah semakin besar, tetapi dia hanya dapat duduk saja. Saya hanya lewat sepintas lalu, tetapi ada satu gambar yang sangat berkesan di mata saya yaitu wajah ibu anak itu. Wajahnya menunjukkan tawa yang sangat lepas di hadapan anaknya. Tawa dan ekspresi bahagianya benar-benar sangat tulus. Ia tidak sedang berpura-pura di hadapan anaknya itu. Itulah seorang ibu.
Ketika saya menceritakan apa yang saya lihat kepada istri saya, istri saya membenarkan kalau anak itu memang belum bisa berjalan. Istri saya yang menjadi guru sekolah minggu menceritakan bagaimana Sang Ibu selalu berusaha membawa anaknya mengikuti sekolah minggu. Sepanjang ibadah ia dengan sabar menjagai anaknya yang duduknya bahkan tidak begitu kokoh.
Hal itu semakin menyentuh hati saya dan menguatkan perenungan saya tentang hati seorang ibu. Satu-satunya yang selalu siap menerima kita apa adanya adalah ibu. Semarah apa pun kepada anaknya, seorang ibu selalu mempunyai hati yang luas untuk menerima anaknya.
Ketika orang-orang mulai menceritakan dan menduga-duga tentang penyebab anak itu tidak dapat berjalan, ia tetap memiliki kasih yang sama kepada anaknya. Ketika beberapa orang melihat anaknya dengan wajah kasihan, ibu itu tidak menunjukkan rasa malu. Seorang ibu tidak pernah malu secacat apa pun anaknya. Bagaimanapun keadaan anaknya, seorang ibu akan tetap menggendong anaknya dengan kasih di hadapan orang banyak.
Cerita tentang kasih seorang ibu ada sepanjang sejarah peradaban manusia. Cerita-cerita tentang betapa mengerikannya karma seorang anak yang durhaka kepada ibunya selalu ada dalam cerita rakyat di seluruh dunia dengan versi yang tidak jauh berbeda. Hal ini untuk tetap mengingatkan seseorang untuk tetap menghormati ibunya.
Namun demikian, tidak ada cara yang lebih diharapkan seorang ibu untuk menghormatinya selain dari komunikasi. Semakin tua seorang ibu, ia semakin tidak mengharapkan berbagai pemberian dan materi. Dia hanya memerlukan komunikasi dan kehadiran. Seorang ibu memberi tatapan yang paling tulus kepada anaknya ketika dipangkuannya dan di masa tuanya dia hanya menginginkan tatapan tulus anaknya untuk mengasihinya.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Operasi Mulai ...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM-Sindikat uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar te...