Teknologi Mikrografting untuk Tingkatkan Produksi Kakao
MAKASAR - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi Mikrografting untuk pohon kakao dalam upaya meningkatkan produktivitas serta mampu menahan berbagai penyakit.
Uji coba akan dilakukan di lahan di Sulawesi Selatan yang sikernal sebagai sentra produksi kakao nasional, kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, Listyani Wijayanti, hari Selasa (26/11).
"Mikrografting" adalah penyambungan batang bawah dan atas dari dua pohon berbeda pada usia yang sangat dini, di bawah empat bulan, dan dilakukan secara in vitro secara aseptik (steril).
Upaya ini untuk peningkatan kualitas melalui penyediaan bibit unggul, perbaikan teknik produksi, serta pengolahan pasca panen kakao. Menurut dia, teknologi tersebut bisa menjadi solusi bagi petani yang selama ini menghadapi masalah produktivitas rendah, serangan hama, dan penyakit. Untuk program ini, BPPT bekerja sama instansi lain.
Tradisional
Sulawesi memiliki lahan kakao seluas 838.087 hektare atau 58 persen dari total lahan di Indonesia. Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan Sulsel, namun produktivitasnya menurun, yakni 0,4-0,6 ton per ha, dibandingkan potensi produktivitasnya yang harusnya mencapai 1-1,5 ton per ha.
Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia, Zulhefi Sikumbang, seperti dikutip Antara menyebutkan bahwa luas kebun kakao Indonesia 1,6 juta hektare. Sebanyak 96 persen dikelola secara tradisional.
Petani, sangat membutuhkan bantuan teknologi pembibitan untuk menggantikan tanaman yang sudah tua. Ada kebiasaan petani enggan memangkas pucuk. Padahal pemangkasan ini bisa meningkatkan produktivitas hingga menjadi 800 kilogram atau 1,2 ton per hektare.
Usia Tua
Sedangkan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu`mang menyebutkan masalah produktivitas kakao rendah antara lain karena usia tanaman yang sudah tua. Umumnya di sana tanaman kakao berusia 20 hingga 30 tahun.
Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Komoditas ini menyumbang 13 persen pasar global. Secara nasional, kakao memberikan devisa terbesar ketiga dari sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet, senilai 1,05 miliar dolar AS (data tahun 2012).
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...