Tempat Sampah Pintar untuk Sampah Elektronik
ITALIA, SATUHARAPAN.COM - Semakin banyak orang yang gonta-ganti gawai, tempat pembuangan sampah pun terancam dibanjiri produk elektronik usang. Sebuah konsorsium Italia menemukan solusi melalui tempat sampah pintar.
Booming perangkat teknologi dan gawai dalam beberapa tahun terakhir mendorong warga dunia membuang sekitar 50 juta ton sampah peralatan listrik dan elektronik (WEEE). Sebanyak 20 juta ton di antaranya datang dari Eropa.
Sebuah perusahaan Italia berupaya mengatasi masalah pengambilan, pembuangan, dan daur ulang sampah elektronik. Identis Weee, sebuah proyek bernilai 3,5 juta euro yang didukung Uni Eropa, dikembangkan Hera Group dan Konsorsium Ecolight di Italia, dan Yayasan Ecolum di Spanyol.
Mulai dari Italia
Prototipe tempat sampah pintar, ditempatkan di berbagai penjuru wilayah administratif Emilia-Romagna. Di ibu kota Bologna dan kota-kota besar lainnya, tempat sampah ini terletak di sekitar pusat perbelanjaan.
Tempat sampah ini masih dalam tahap percobaan di Italia, tapi para penciptanya berharap program ini dapat berkembang
Menurut data Program Lingkungan PBB, hanya 10 persen sampah WEEE yang didaur ulang setiap tahun, seperti yang dikutip dari dw.com. Tahun 2012, Italia mengoleksi 240.000 ton WEEE, kurang lebih 4 kilogram per orang. Masih ada lebih dari 70 persen WEEE yang belum dikumpulkan.
Dua Tahap Penelusuran
Sekitar 19.000 keluarga, mendapat kartu magnet khusus untuk digunakan selama tahap percobaan, tapi tempat sampah pintar juga dapat diaktivasi menggunakan kartu Asuransi Kesehatan Nasional.
Paolo Paoli, yang bertanggung jawab atas koordinasi teknis dan layanan Hera Group, mengatakan sistem itu mudah diikuti.
"Usai identifikasi, pengguna melalui layar sentuh memberitahu jenis WEEE apa yang akan dibuang," kata Paoli. "Kemudian prototipe terbuka."
Hera, kemudian mampu mengumpulkan data dan menganalisa demografi pengguna dan jenis WEEE yang dikumpulkan.
Jalur pengiriman sampah juga dapat dilacak. Setiap tempat sampah terhubung secara nirkabel, atau melalui jaringan ponsel dengan pusat pemrosesan data.
"Ada sebuah server besar yang berkomunikasi dengan setiap prototipe secara aktual," kata Paoli. "Kami mempunyai alat yang mengecek berat atau sudah seberapa penuh tempat sampah. Prototipe ini memiliki sistem penelusuran proses pengolahan WEEE yang lengkap."
Dampak Lingkungan dan Sosial
Meski Uni Eropa memberlakukan aturan progresif, sekitar 75 persen atau sekitar 8 juta ton sampah elektronik Eropa, diekspor secara ilegal ke negara-negara berkembang, yang kerap memiliki peraturan lemah terkait sampah elektronik.
"Tidak ada pabrik pengolahan yang mampu mengatasi sampah jenis ini dengan cara yang benar," kata Paoli, "sehingga timbul masalah sosial, lingkungan, dan ekonomi secara global."
Sejumlah jaringan ritel, seperti Media World dan IKEA, ikut serta dalam proyek percobaan dengan menempatkan tempat sampah pintar di depan toko mereka. Pada akhir masa percobaan, warga yang paling aktif berpartisipasi - dengan memasukkan jumlah WEEE terbanyak ke tempat sampah pintar - akan diberi voucher belanja di toko-toko tersebut.
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...