Temuan Baru Kekebalan Tubuh Munculkan Harapan Penanganan Pasien COVID-19
INGGRIS, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah ilmuwan Inggris hendak menguji jenis perawatan yang diharapkan dapat melawan efek COVID -19 yang diidap pasien-pasien paling parah.
Langkah ini dilakukan setelah para peneliti dari Francis Crick Institute, King's College London, dan Guy's and St Thomas' Hospital mengkaji sel-sel kekebalan tubuh dari 60 pasien COVID -19.
Dari kajian itu diketahui, pasien-pasien yang sakit parah memiliki sel kekebalan tubuh yang jumlahnya sangat rendah. Sel kekebalan tubuh itu bernama Sel-T, yang fungsinya membersihkan infeksi dari dalam tubuh.
Saat diteliti, pasien-pasien COVID -19 memilki 200-1.200 Sel-T dalam satu mikroliter (0,001 ml) tetes darah. Padahal, orang dewasa yang sehat punya sekitar 2.000-4.000 Sel-T dalam satu mikroliter tetes darah.
Prof Adrian Hayday dari Crick Institute mengatakan "luar biasa terkejut" ketika melihat apa yang terjadi dengan sel-sel kekebalan tubuh para pasien COVID-19.
"Mereka berupaya melindungi, namun virus itu tampaknya melakukan sesuatu yang menutupi mereka, karena jumahnya menurun secara dramatis," katanya, dilansir bbc.com, pada Sabtu (23/5)
Setelah fakta tersebut terungkap, para peneliti akan melakukan uji klinis guna mengevaluasi kinerja obat interleukin 7 yang dikenal sebagai pendongkrak jumlah Sel-T, terhadap pemulihan pasien-pasien COVID -19.
Sangat Memberi Semangat
Para peneliti mengatakan, temuan-temuan ini menuntun mereka untuk mengembangkan "tes sidik jari" guna memeriksa taraf Sel-T dalam darah, sehingga ada indikasi awal pasien mana yang kondisinya bakal parah.
Tes ini juga bisa memungkinkan tim dokter memberikan penanganan spesifik guna membalikkan penurunan Sel-T.
Manu Shankar-Hari, seorang konsultan perawatan kritis di Rumah Sakit Guy's and St Thomas' di London, mengatakan sekitar 70 persen pasien COVID -19 yang dia cermati, datang ke rumah sakit dengan 400-800 limfosit per mikroliter.
"Ketika mereka mulai pulih, taraf limfosit mereka juga mulai naik," katanya.
Obat Interleukin 7, telah diuji pada sekelompok pasien dengan sepsis dan terbukti meningkatkan produksi Sel-T secara aman.
Dalam uji coba ini, obat tersebut akan diberikan kepada pasien-pasien yang kadar limfositnya rendah dan telah berada di ruang perawatan intensif selama lebih dari tiga hari.
"Kami berharap saat kami meningkatkan jumlah sel, infeksi virus dapat dibersihkan," kata Shankar-Hari.
"Sebagai dokter perawatan intensif, saya menangani pasien-pasien yang kondisinya sangat tidak baik. Selain perawatan pendukung, kami tidak punya penanganan langsung dan aktif untuk melawan penyakit ini.
"Sehingga adanya perawatan seperti ini, dalam konteks uji klinis, sangat memberi semangat para dokter perawatan intensif di seluruh Inggris."
Riset ini juga memberikan pengetahuan mengenai interaksi antara virus corona dengan sistem kekebalan tubuh, yang disebut Prof Hayday sangat penting bagi para ilmuwan di seluruh dunia yang mencari informasi klinis berharga.
"Virus yang menyebabkan perubahan kedaruratan mendunia ini adalah virus yang unik berbeda. Sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya."
"Penyebab pasti gangguan ini -terhadap cara kerja sistem Sel-T belum begitu jelas bagi kami."
"Virus ini benar-benar melakukan sesuatu yang khas dan riset masa depan yang akan kami mulai segera perlu mencari tahu mekanisme yang membuat virus ini bisa menimbulkan efek-efek ini." (bbc.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...