Tentara Israel Klaim Bunuh Komandan Angkat Laut Hamas, Amar Abu Jalalah
Direktur RS Al Shifa ditahan. Terowongan Hamas ditemukan di masjid Jabaliyah.
GAZA, SATUHARAPAN.COM-Pasukan Pertahanan Israel mengatakan pada Kamis (23/11) malam bahwa mereka telah membunuh komandan angkatan laut Hamas di Khan Younis dalam serangan udara di Jalur Gaza, beberapa jam sebelum dimulainya jeda sementara perang di tengah kesepakatan pembebasan sandera.
Tentara mengatakan Amar Abu Jalalah tewas bersama anggota angkatan laut Hamas lainnya. Dikatakan Jalalah adalah “seorang agen senior di angkatan laut Hamas dan terlibat dalam mengarahkan beberapa serangan teror melalui laut yang berhasil digagalkan.”
Menjelang jeda pertempuran, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pada hari Kamis bahwa setelah gencatan senjata sementara “pendek” dengan Hamas berakhir, serangan militer akan dilanjutkan “dengan intensitas” setidaknya selama dua bulan lagi.
“Apa yang akan Anda lihat dalam beberapa hari mendatang adalah pembebasan sandera. Jeda ini tidak akan lama,” kata Gallant kepada pasukan unit komando elite Shayetet 13 Angkatan Laut. “Apa yang diperlukan dari Anda dalam masa jeda ini adalah mengatur, bersiap, menyelidiki, memasok senjata, dan bersiap untuk melanjutkan.”
“Akan ada kelanjutannya, karena kita perlu menyelesaikan kemenangan dan menciptakan dorongan bagi kelompok sandera berikutnya, yang hanya akan kembali karena tekanan,” tambahnya.
Gencatan Senjata Mulai Jumat
Kesepakatan pembebasan sandera, yang dimediasi oleh Qatar dan Amerika Serikat, akan dimulai pada hari Jumat (24/11). Hamas akan membebaskan sedikitnya 50 perempuan dan anak-anak Israel yang mereka sandera pada tanggal 7 Oktober, selama empat hari. Itu sebagai imbalan atas jeda pertempuran selama empat hari tersebut dan pembebasan 150 tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel karena pelanggaran, semuanya perempuan atau anak di bawah umur.
Kepala Staf IDF (Pasukan Pertahanan Israel), Letjen Herzi Halevi, menggemakan komentar Gallant pada hari sebelumnya, dengan mengatakan bahwa militer “tidak mengakhiri perang.”
“Kami mencoba untuk menghubungkan tujuan-tujuan perang, sehingga tekanan dari operasi darat menghasilkan kemampuan untuk mencapai tujuan (lainnya) dari perang ini untuk menciptakan kondisi bagi pembebasan sandera yang diculik,” kata Halevi, komandan selama kunjungan ke Gaza.
“Kami tidak mengakhiri perang. Kami akan terus melanjutkan sampai kami menang, maju dan melanjutkan di wilayah Hamas lainnya,” tambahnya.
Komentar tersebut muncul beberapa jam setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar mengkonfirmasi bahwa gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas akan mulai berlaku pada hari Jumat pukul 07:00 pagi. Kelompok pertama yang terdiri dari 13 sandera Israel akan dibebaskan pada hari Jumat pukul 16:00 sore waktu setempat.
Selama gencatan senjata sementara, pasukan IDF akan mempertahankan posisi mereka di Jalur Gaza, kata Juru Bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari, pada Kamis (23/11)malam. “Mengambil kendali atas Gaza utara adalah tahap pertama dari perang yang panjang, dan kami sedang mempersiapkan tahap selanjutnya,” katanya.
Hagari juga memperingatkan bahwa mungkin ada perkembangan tak terduga di tengah jeda tersebut, dan bahwa Hamas akan berusaha menggunakan “teror psikologis” terhadap masyarakat Israel.
Temukan Trowongan Hamad di Masjid
Sementara itu pada hari Kamis, pasukan Brigade Nahal menemukan terowongan Hamas di dalam masjid dan peluncur roket di dekat rumah-rumah selama operasi di kamp Jabaliya di Gaza utara. IDF mengatakan bahwa pasukan Nahal memerangi operasi Hamas di pinggiran Jabaliya.
Di daerah tersebut, IDF mengatakan pasukan menemukan enam terowongan, termasuk satu di sebuah masjid. Sejumlah peluncur roket dan senjata juga ditemukan di kebun dekat masjid dan lokasi sipil, termasuk rumah.
Juga di Jabaliya, tentara dari Brigade 401 menemukan empat terowongan “penting” yang digali jauh di bawah tanah, serta simpanan senjata yang disembunyikan di bawah tempat tidur anak-anak anggota senior Hamas dan di dalam lemari.
Terowongan tersebut terhubung ke jaringan listrik, dan militer mengonfirmasi bahwa terowongan tersebut digunakan oleh Hamas. Salah satunya ditemukan saat penggeledahan di rumah anggota senior kelompok teror lainnya. Di rumah pejabat pertama, selain senjata, pasukan juga menemukan dokumen dan rencana pertempuran, yang kemudian diserahkan ke pasukan intelijen untuk diperiksa.
Pasukan juga menemukan poros yang digunakan untuk meluncurkan roket, di samping roket jarak jauh yang digunakan untuk menargetkan Israel tengah.
Juga pada hari Kamis, IDF merilis rekaman baru dari unit elite Egoz yang beroperasi di kamp Shati di Kota Gaza, menunjukkan serangan yang ditargetkan bersama dengan merebut tempat persembunyian Hamas dan menyita senjata dan peralatan militer.
Direktur RS Al Shifa Ditahan
Ketika pasukan IDF terus memerangi orang-orang bersenjata Hamas di Jalur Gaza, direktur Rumah Sakit Shifa ditahan karena dicurigai mengizinkan rumah sakit tersebut digunakan oleh Hamas sebagai pusat operasi. Beberapa pejabat senior rumah sakit lainnya juga ditahan.
Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IDF dan Shin Bet menyebutkan Mohammad Abu Salmiya, Direktur RSAl Shifa, telah ditangkap dan diinterogasi karena dicurigai memungkinkan rumah sakit tersebut digunakan oleh Hamas sebagai pusat operasi.
Pernyataan Israel mencatat bahwa “banyak bukti terungkap bahwa rumah sakit tersebut, di bawah manajemen langsungnya, berfungsi sebagai markas besar organisasi teroris Hamas,” menambahkan bahwa kelompok teror tersebut menggunakan banyak sumber daya dari rumah sakit, termasuk listrik, untuk memelihara sistem terowongan di bawah fasilitas tersebut.
Sekitar 10 kilometer sebelah utara RA Al Shifa, di Rumah Sakit Indonesia, seorang pejabat Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan bahwa Israel telah memerintahkan evakuasi total.
Munir al-Boursh, seorang pejabat di dalam fasilitas tersebut, mengatakan kepada televisi Al Jazeera bahwa pejabat rumah sakit berusaha mengatur bus untuk mengevakuasi sekitar 200 pasien, termasuk orang dewasa lanjut usia dan anak-anak yang mengalami luka bakar.
Pertempuran telah berkecamuk di luar rumah sakit itu selama berhari-hari, dan ratusan orang telah dievakuasi ke wilayah selatan.
Rumah Sakit Al Shifa telah menjadi fokus utama operasi Israel melawan Hamas di Gaza, yang dipicu pada tanggal 7 Oktober ketika sekitar 3.000 teroris menyerbu perbatasan dengan Israel dan melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap komunitas selatan negara tersebut, menewaskan sedikitnya 1.200 orang, sebagian besar dari mereka warga sipil, dan menyandera sekitar 240 orang.
Sebagai tanggapan, Israel berjanji untuk melenyapkan Hamas dari Gaza dan mengakhiri kekuasaan kelompok tersebut selama 15 tahun, dengan meluncurkan kampanye udara dan serangan darat berikutnya untuk mencapai tujuannya.
Sejak awal perang, Israel telah memberikan bukti yang mendukung tuduhan lama bahwa Hamas menggunakan Shifa sebagai pusat operasional dan pusat komando utama. AS telah menguatkan bukti yang disampaikan Israel. (Sumber: media Israel dan kantor berita)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...