Teolog: Gempa di Italia adalah Hukuman Tuhan atas Dosa LGBT
Vatikan marah atas komentar itu, dan meminta maaf kepada korban gempa atas pernyataan yang dinilai telah menyinggung dan memalukan.
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Seorang teolog Vatikan yang dikenal berpandangan keras, mengatakan bahwa gempa yang melanda Italia pada 30 Oktober dengan kekuatan 6,6 skala richter menyebabkan ratusan orang meninggal, adalah merupakan hukuman Tuhan kepada negara itu atas dosa yang telah melegalkan hubungan sesama jenis bagi Lesbian, Bisexual, Gay dan Transgender (LGBT).
Frater Giovanni Cacalcoli dalam wawancara dengan Radio Maria mengatakan guncangan gempa terkuat di Italia dalam 36 tahun terakhir itu, merupakan hukuman Tuhan kepada Italia karena telah melanggar nilai-nilai keluarga dan kehormatan pernikahan.
The Guardian dalam laporan Sabtu (5/11) mengatakan, pernyataan itu telah mendatangkan kemarahan Vatikan. Uskup Agung Angelo Becciu, orang nomor dua paling berkuasa di sekretariat negara Vatikan, mengatakan komentar Cavalcoli menyinggung dan menyerang para orang beriman dan memalukan bagi mereka yang bukan pemeluk Katolik.
Becciu meminta agar korban gempa mengampuni komentar frater tersebut dan menegaskan kembali bahwa Paus Fransiskus berbagi solidaritas dan dukungan dengan para korban.
Italia adalah satu dari sejumlah negara di Eropa Barat yang secara hukum mengakui hubungan sesama jenis, dan bulan lalu mengesahkan undang-undang yang mengizinkan perikatan sipil LGBT.
Walaupun Vatikan telah menunjukkan kemarahan, Cavalcoli menolak untuk mundur dari pernyataannya. Ia bersikeras, ketika berbicara kepada stasiun radio lainnya, bahwa gempa bumi itu disebabkan oleh "dosa-dosa manusia." Ia juga menyarankan agar Vatikan kembali membaca katekismus.
Ini bukan pertama kalinya muncul komentar kontroversial dari rohaniawan Katolik yang membuat malu gereja. Bulan lalu seorang imam diskors dari parokinya di Trento setelah terkesan membela pedofilia dalam sebuah wawancara TV, dengan alasan bahwa "anak-anak sering mencari kasih sayang". Frater Gino Flaim dari paroki San Giuseppe and Pio X, mengklaim ia "mengerti pedofilia" tapi menambahkan, "Saya tidak yakin tentang homoseksualitas."
Ketika diminta untuk menjelaskan komentarnya, kepada saluran La7 ia mengatakan, "Pedofilia adalah dosa, dan seperti semua dosa harus diterima juga." Dia kemudian menjelaskan bahwa homoseksualitas sebagai "penyakit".
Pada tahun 2012 rohaniawan Italia lainnya memicu kemarahan dengan memberikan pesan Natal yang mengklaim bahwa perempuan yang harus disalahkan atas terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh pria karena mereka mengenakan "pakaian kotor" dan menyajikan "makan malam yang dingin".
Frater Piero Corsi menempatkan selebaran di papan pengumuman gereja di San Terenzio, Italia, menyatakan bahwa 118 perempuan dibunuh oleh pria di Italia tahun itu dan yang patut disalahkan adalah kaum perempuan sendiri.
"Apakah mungkin bahwa orang-orang telah berubah menjadi gila secara tiba-tiba? Kami tidak percaya begitu. Intinya adalah bahwa semakin banyak perempuan memprovokasi, jatuh ke dalam kesombongan, percaya [diri sendiri] untuk mandiri dan meningkatkan ketegangan, " bunyi selebaran yang dia tulis.
"Anak-anak ditelantarkan di luar, rumah yang kotor, makanan disajikan dingin ... pakaian kotor. Mereka [wanita] memicu naluri terburuk yang mengarah kepada kekerasan dan pelecehan seksual. Mereka harus melakukan pemeriksaan diri dan berpikir: Apakah kami yang meminta hal itu?"
Imam itu kemudian menerima semburan komentar pelecehan setelah brosur yang telah discan diposting secara online. Akhirnya akun Facebook-nya ditutup.
Corsi pun dipaksa mengundurkan diri.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...