Terancam Mangkrak, Kereta Cepat HK Minta Dana Negara Rp 33,75 Triliun
HONG KONG, SATUHARAPAN.COM - Proyek kereta cepat Hong Kong yang menghubungkan kota itu dengan jaringan kereta nasional Tiongkok terancam mangkrak. Ini terjadi karena BUMN Hong Kong, Mass Transit Railway (MRT) Hong Kong, salah perhitungan atas biaya proyek. Akibatnya, proyek ini terancam tidak dikerjakan bila pemerintah tidak menyuntik tambahan dana.
Besar dana yang diperlukan tidak kurang dari HK$ 19,42 miliar atau US$ 2, 5 miliar. Bila dirupiahkan dengan kurs Rp 13.500 per dolar AS, jumlah itu berarti Rp 33,75 triliun. Pemerintah Tiongkok adalah pemegang 76 persen saham di MTR.
Menurut channelewsasia.com, ini merupakan tambahan dari anggaran semula sebesar HK$ 65 miliar.
The Express Rail Link, nama proyek kereta cepat ini, awalnya direncanakan rampung pada akhir tahun 2015. Tetapi dipastikan tidak akan dapat memenuhi target itu dan diundur menjadi kuartal ketiga tahun 2018.
Penundaan tersebut berkaitan dengan anggaran yang ternyata melebihi perkiraan.
Lincoln Leong, CEO MTR yang baru bertugas tahun lalu setelah kontrak pendahulunya diputus, mengatakan konstruksi proyek tersebut terbukti lebih sulit daripada yang diharapkan. Kurangnya tenaga kerja di Hong Kong juga ikut sebagai faktor.
"Kekurangan tenaga kerja di Hong Kong telah menaikkan biaya konstruksi secara signifikan," kata Leong.
"Jika membandingkan indeks biaya konstruksi dari tahun 2010 ke 2014, terdapat kenaikan sekitar 50 hingga 60 persen," lanjut dia.
Kontroversial
Sejak awal proyek ini sudah kontroversial. Banyak warga Hong Kong yang menilai kereta cepat ini tidak diperlukan karena MRT di Hong Kong sudah sangat bagus, dengan tingkat ketepatan waktu 99 persen.
Express Rail Link panjangnya hanya 26 kilometer. Praktis waktu tempuh menaiki kereta ini hanya 14 menit. Tetapi biaya proyek ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan proyek kereta cepat di negara lain.
Total biaya proyek ini sekitar US$ 10,83 miliar, yang berarti US$ 416 juta per kilometer. Padahal, kereta cepat Tiongkok hanya menghabiskan US$ 20 juta per kilometer, sementara jalur kereta cepat yang sedang dalam pengerjaan di California sebesar US$ 56 juta per kilometer.
Tidak seperti proyek kereta cepat lainnya di seluruh dunia, Express Rail Link sepenuhnya di bawah tanah, termasuk terminal besar empat lantai di pusat kota Kowloon. MRT mengatakan topografi Hong Kong yang rumit lah pemicu biaya tinggi proyek ini.
Pada tahun 2010, pemerintah Hong Kong memperkirakan manfaat ekonomi langsung kereta cepat ini selama 50 tahun akan mencapai HK$ 87 miliar. Sebagian besar dari manfaat langsungnya adalah dihematnya waktu perjalanan.
Dengan adanya kereta cepat ini, nantinya waktu tempuh dari Hong Kong ke Guangzhou akan dipotong setengahnya menjadi 50 menit. Naik kereta ke Shanghai akan mengambil waktu delapan jam, bukan lagi 20 jam.
Tapi banyak warga dari kubu pro-demokrasi Hong Kong sedari awal mempertanyakan urgensinya. Tahun 2010, para pengunjuk rasa mengepung gedung Dewan Legislatif ketika proyek ini disetujui.
"Kami pikir ini membutuhkan banyak uang tapi begitu sedikit manfaatnya. Sekarang tentu saja kita harus menunggu bertahun-tahun untuk melihat manfaatnya," kata anggota legislatif dari pro-demokrasi, Emily Lau.
Sementara itu sejumlah ekonom berpendapat sebaliknya. Mereka bahkan mengatakan manfaat ekonomi dari proyek ini lebih besar dari yang diperkirakan pemerintah.
Frances Lui, kepala departemen ekonomi di University of Science and Technology, Hong Kong mengatakan proyeksi pemerintah tentang manfaat proyek ini belum memasukkan 10.000 lapangan kerja yang tercipta oleh adanya proyek tersebut.
Menurut analisis dia, rasio manfaat terhadap biaya dari proyek ini lebih tinggi dari 2/1. Itu berarti proyek ini masih layak dilanjutkan walaupun biayanya meningkat.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...