Terapi Yahudi Ortodoks Klaim Dapat Normalkan LGBT
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Terapi untuk menormalkan kaum LGBT menjadi heteroseksual tengah jadi tren di Israel. Para praktisi LGBT mengatakan layanan ini diminati terutama oleh orang-orang Yahudi Ortodoks yang mencoba untuk mengurangi kecenderungan penyuka sesama jenis. Dengan menormalkan mereka, diharapkan kalangan yang dulunya gay dapat menikahi wanita dan membesarkan keluarga tradisional menurut nilai-nilai agama konservatif mereka.
Tidak heran bila sebuah kelompok terapi Yahudi Amerika terkemuka, yang mengklaim dapat mengubah seorang gay menjadi orang normal atau heteroseksual, kini jadi populer di Israel.
Sebelum membuka praktiknya di Israel, pengadilan New Jersey Amerika Serikat memerintahkan kelompok terapi tersebut menutup praktiknya pada bulan Desember 2015. Namun, di Israel mereka beroperasi karena Kementerian Kesehatan Israel menyatakan tidak ada hukum yang membatasi praktik itu.
Kendati demikian Kemenkes Israel menyarankan agar kelompok terapi yang disebut "konversi gay" atau terapi "reparatif", ituk berhati-hati membuka praktiknya. Secara ilmiah praktik mereka memang diragukan dan berpotensi membahayakan.
Berbagai praktik terapi LGBT kini juga marak di Israel. Salah satunya adalah seperti yang dilakukan oleh sebuah kelompok dari AS yang bernama People Can Change. Mereka mengadakan seminar Journey Into Manhood di Israel, AS dan Eropa. Mereka mengatakan dapat membantu pria untuk "menyelesaikan kecenderungan homoseksual yang tidak diinginkan."
Sekitar 50 orang berpartisipasi dalam seminar itu pada bulan lalu di lokasi rahasia di Israel utara. Salah satu mahasiswa Yahudi Ortodoks (23 tahun) dari Amerika Serikat, mengatakan mengikuti retret "adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi padaku. Aku merasa seperti telah benar-benar mulai menjalani hidup saya bukan hanya bertahan hidup."
Mahasiswa itu enggan menyebutkan namanya karena ia mengatakan “mempublikasikan homoseksualitas akan merugikan peluangnya untuk menikah dan diterima di masyarakat Ortodoksnya.”
Dia mengatakan ia menandatangani perjanjian kerahasiaan yang melarang dirinya untuk mengungkapkan isi kegiatan seminar agar tidak merusak pengalaman bagi peserta berikutnya.
Namun seorang Yahudi Ortodoks (20 tahun) dari AS yang menghadiri retret di Israel pada 2013 mengatakan ada beberapa kegiatan yang disebut "tidak pantas." Dia mengatakan peserta didorong untuk terlibat dalam kegiatan yang disebut latihan "sentuhan sehat", termasuk satu kegiatan yang disebut "posisi sepeda motor."
“Posisi sepeda motor dimaksud adalah di mana seorang pria akan duduk di lantai dengan kaki terbuka dan yang lain akan duduk di belakangnya di posisi yang sama dengan tangan melilit tubuhnya,” katanya.
People Can Change mengatakan latihan tersebut dimaksudkan untuk “desexualize” sentuhan antara laki-laki.
Seorang fasilitator tanpa nama mengatakan sesi kelompoknya bersifat rahasia. Dia mengatakan, pelatihan ini dirancang untuk membantu orang menjadi nyaman dengan diri mereka sendiri tanpa orang lain melihat diri mereka dan bahwa beberapa peserta diminta untuk melepaskan baju mereka.
"Saya melihat kembali dengan horor," kata peserta yang mengikuti terapi reparatif. Pada saat itu, kata dia, kegiatan kelompok memberinya komunitas yang mendukung, namun terapis membuatnya percaya ada sesuatu yang salah dengan dia, yang sekarang dia tolak. Dia berbicara tanpa disebutkan namanya karena ia mengatakan ayahnya, seorang rabi Ortodoks, akan menghadapi kontroversi jika anaknya diidentifikasi secara terbuka sebagai gay.
Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi gay Yahudi Ortodoks telah terbentuk di Israel. Kelompok itu menganjurkan penerimaan homoseksualitas dan unjuk rasa terhadap terapi konversi.
“Saat ini, banyak rabi di Israel menghindari terapi dan sedikit gay mencari mereka,” kata Yosef dari Hod.
Seorang pengacara, Neta Patrick dan ketua kelompok pendidikan LGBT, Igal Avrahami, menulis sebuah artikel hukum untuk mendorong litigasi di Israel terhadap praktek terapi. Mereka percaya ada alasan untuk melucuti profesional lisensi mereka jika mereka tidak mendidik klien tentang posisi pemerintah Israel pada terapi.
Selanjutnya Karten mengatakan ia memberitahu pasiennya bahwa dia tidak bisa menjamin terapi akan berhasil, tetapi itu bukan merupakan bagian rutin dari terapi untuk berdiskusi dengan pasien terhadap posisi mereka pada pemerintahan.
"Katakanlah seseorang datang kepada saya, dan mereka beragama. Mereka bisa membuka pernyataan posisi The Israel Psychological Association, atau mereka bisa membuka Taurat," katanya.
"Mereka mungkin akan melihat apa yang dikatakan IPA dan berkata,’Itu bagus, tapi aku masih punya ini untuk bersaing dengannya. Saya punya mimpi untuk menjadi seorang ayah dan suami’," kata Karten yang menunjukkan laci di kantornya di mana dia terus mendapatkan undangan pernikahan dari "segelintir," mantan kliennya.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...