Terdominasi oleh Positivitas
”Tidak mudah mencegah masalah hadir dalam hidup. Namun yang pasti, jangan pernah tawarkan tempat untuk ia duduki” (Rishika Jain)
SATUHARAPAN – ”Berpikir positif”. Ungkapan yang amat lawas. Mendunia melalui puluhan buku yang ditulis agamawan, pemikir dan motivator Norman Vincent Peale pada tahun 70-an. Kemudian hari dikembangkan oleh berbagai pemikir, sosiolog dan motivator hingga muncul dalam berbagai versi.
”Berpikir poisitif” sesungguhnya bukan hanya frasa yang menarik. Ia adalah paradigma yang mengandung pola pikir yang bisa membalikkan kehidupan. Hidup yang suram menjadi cerah. Hidup yang putus asa jadi berpengharapan.
”Aku melihat pohon hijau, mawar merah yang berbunga untukmu dan untukku, dan kukatakan pada diriku: ’What a wonderful world’”, begitu kata Louis Armstrong dalam lagunya yang melegenda itu.
Tidak mudah bagi orang yang berpikiran negatif, untuk melihat indahnya langit biru, segarnya harum bau rumput yang baru dibasahi hujan, merdunya kicau burung di pohon di depan rumah, pelangi berwarna-warni yang terbentang indah sehabis hujan.
Bagi mereka yang berpikiran negatif, semua itu hanya tipuan kehidupan yang tidak nyata. Yang nyata adalah masalah. Yang jelas ada di depan mata adalah kehidupan yang penuh kekhawatiran mengenai besok makan apa, apakah kelak anakku akan menjadi orang baik atau tidak, besok kemarahan apa lagi yang akan ditumpahkan oleh atasan kepadaku.
Lalu jika kita ingin berpikiran positif, apakah masalah yang mengkhawatirkan itu menjadi tidak nyata? Apakah tiba-tiba hidup menjadi tanpa masalah? Apakah seperti kata Louis Armstrong, dunia itu semata-mata indah?
Kawan, sesungguhnya semua itu tetap ada. Persoalan hidup tetap akan menghampiri. Masalah mungkin akan berlama-lama menemani. Perbedaan utamanya bukan terletak pada apa yang dialami, melainkan bagaimana menanggapi segala yang dialami itu.
Mawar untuk selamanya akan berduri. Namun, bunganya tetap indah untuk dipandang dan harum saat dicium. Jadi apakah kita ingin semata berkeluh akibat durinya itu, dan menolak menyukai mawar karena durinya? Atau kita memilih untuk mewaspadai duri di tangkai mawar dan dengan demikian bisa menikmati keindahan dan keharuman bunga cantik itu?
Dalam kehidupan nyata: apakah segala yang buruk dan mengkhawatirkan akan dibiarkan menguasai alam pikiran sehingga tak tersisa lagi tempat bagi cara pandang positif untuk menikmati keindahan hidup?
Yang pasti, pikiran yang negatif tak akan pernah membawa kepada kehidupan yang positif. Mengapa? Karena apa yang disebar itulah yang akan dituai. Sama seperti apa yang dimakan itulah yang akan menentukan sehat tidaknya pencernaan, dan apa yang disirami itulah yang akan tumbuh subur, maka alam pikiran yang dipenuhi negativitas dan terus disirami dengan negativitas, akan membuahkan hidup yang terpahitkan.
Perhatikanlah bagaimana Sang Pencipta alam raya mengingatkan makhluk hidup setiap hari: bahkan malam yang paling gelap pun akan berganti menjadi pagi yang ditandai matahari yang terbit. Setiap hari.
Lalu, apa langkah awalnya? Mungkin baik bila dimulai dengan meyakini bahwa hidup yang terpahitkan adalah kesia-siaan. Hidup ini sesungguhnya bukan kutukan, melainkan anugerah.
Setiap orang yang menghampiri atau hanya lewat dalam hidup, bisa berkontribusi mengubah paradigma negative menjadi positif. Mulailah dengan mengucapkan terima kasih dengan tulus, dengan hati, kepada setiap orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun. Berilah apresiasi kepada mereka yang menunjukkan niat baik dan hasil baik, sekecil apa pun. Dari hati yang tulus. Semoga itu menjadi awal dari dominasi positivitas atas kehidupan.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...