Terjadi Pelanggaran HAM Berat di Afrika Tengah
BANGUI, SATUHARAPAN.COM - Badan hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat adanya gelombang pelanggaran hak asasi manusia di Republik Afrika Tengah (CAR). Dalam laporan yang dipublikasikan hari Selasa (14/1) tercatat pada bulan lalu terjadi pelanggaran berbentuk pembunuhan di luar hukum, kekerasan seksual, mutilasi, dan penghilangan paksa.
Pemerkosaan, kata laporan itu, dilakukan secara terencana terhadap warga sipil berdasarkan agama mereka, serta serangan terhadap tempat ibadah termasuk pelanggaran didokumentasikan oleh tim empat orang dari Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR). Tim ini mengunjungi Republik Afrika tengah 12-24 Desember lalu.
Ribuan orang meninggal dan hampir sejuta orang meninggalkan rumah mereka dalam beberapa pekan terakhir di CAR. Serangan bersenjata antara milisi Muslim ex Séléka dan milisi Kristen anti Balaka juga terus meningkat secara signifikan.
OHCHR mengatakan bahwa meskipun jumlah bentrokan sedikit berkurang dalam beberapa hari terakhir, sekitar 40 orang dilaporkan meninggal di ibu kota, Bangui, sejak Jumat pekan lalu. Penculikan, mutilasi dan penjarahan juga meluas, termasuk di bagian lain negara itu.
"Meskipun ada beberapa upaya rekonsiliasi di Bangui, situasi tetap tidak stabil dan berbahaya," kata Komisaris Tinggi OHCHR, Navi Pillay. "Tanpa intervensi serius, serangan lebih lanjut, termasuk pelanggaran besar-besaran seperti yang terjadi pada 5 Desember mungkin kembali terjadi."
Temuan Tim
Tim tersebut mendokumentasikan berbagai pembunuhan ekstra-yudisial yang dilakukan di Bangui pada 5 dan 6 Desember, setelah peluncuran serangan terkoordinasi oleh pasukan anti Balaka. Selama bentrokan, pasukan anti Balaka membunuh anggota pasukan mantan Séléka, tetapi juga warga sipil Muslim yang sengaja dijadikan target, termasuk perempuan dan anak-anak.
Selama aksi pembalasan, pembunuhan ekstra-yudisial juga dilakukan oleh pasukan mantan Séléka. Kelompok mantan Séléka dilaporkan mengeksekusi warga sipil, termasuk anak laki-laki di kamp Kassai. Mereka juga mencari laki-laki di rumah sakit, termasuk pasien yang terluka parah dan mengeksekusi.
Menurut saksi mata, penduduk Muslim lokal ikut serta dalam pembunuhan dan penjarahan, misalnya di lingkungan yang dikenal sebagai PK12 dan PK23. Di sana sekelompok orang yang mengenakan seragam militer, bersama dengan Muslim Peul sipil memasuki tempat tinggal sipil, diduga memisahkan laki-laki dari perempuan dan membunuh mereka.
Tim juga mencatat kasus serangan terhadap tempat-tempat ibadah yang melibatkan milisi anti Balaka yang menyerang masjid di Fouh District. Di kawasan itu sekitar 200 anti Balaka dilaporkan menyerang dan membakar masjid, membunuh dan memutilasi beberapa orang.
Dibahas di Dewan HAM
Sejak akhir fase pertama pertempuran sengit pada 5-6 Desember, bentrokan sporadis terus terjadi. "Pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang berat meluas dan disorot dalam temuan-temuan awal. Hal itu menunjukkan perlunya tindakan mendesak dan akuntabel," kata Pillay.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB merencanakan mengadakan sesi khusus tentang situasi di CAR pada 20 Januari di Jenewa, di mana Komisaris Tinggi akan memberikan laporan lengkap tentang temuan timnya, serta perkembangan situasi hak asasi manusia di negara itu. (un.org)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...