Tersangka Teror Paris 2015 Mengaku Mencintai ISIS
PARIS, SATUHARAPAN.COM-Salah Abdeslam, tersangka utama dalam serangan teroris November 2015 yang menewaskan 130 orang di Paris, mengatakan kepada pengadilan pada hari Rabu (9/2) bahwa ia mendukung dan mencintai kelompok teroris ISIS.
Abdeslam, 32 tahun, diyakini oleh jaksa sebagai satu-satunya anggota sel ISIS yang masih hidup di balik serangan senjata dan bom di bar Paris, restoran, gedung konser Bataclan dan stadion olah raga Stade de France pada 13 November 2015.
Salah Abdeslam, tersangka utama dalam amukan yang menewaskan 130 orang dalam serangan terkoordinasi di Paris pada November 2015, mengatakan kepada pengadilan Prancis bahwa dia tidak pernah membunuh atau melukai siapa pun.
Abdeslam mengatakan bahwa dia mendukung Negara Islam Irak dan Levant (ISIL, atau ISIS) dan tidak dapat disangkal bahwa dia telah berada di jalur untuk menjadi seorang pejuang. Namun, dia tidak mengatakan apakah dia terlibat dalam serangan senjata dan bom terkoordinasi yang paling mematikan di Prancis pasca perang.
“Saya ingin mengatakan hari ini bahwa saya tidak membunuh siapa pun, dan saya tidak menyakiti siapa pun. Saya bahkan tidak membuat goresan," kata Abdeslam di pengadilan saat ditanyai. “Penting bagi saya untuk mengatakan ini, karena sejak awal kasus ini, orang-orang tidak berhenti memfitnah saya.”
Salah Abdeslam tidak pernah secara terbuka menyatakan penyesalannya atas darah yang tumpah pada malam 13 November 2015.
Abdeslam berdarah Prancis-Maroko diyakini sebagai satu-satunya anggota tim komando yang masih hidup. Dia sendirian di antara 20 terdakwa yang dituduh langsung melakukan pembunuhan, percobaan pembunuhan, dan penyanderaan. Penyelidik yakin rompi peledaknya tidak berfungsi dan dia melarikan diri dari ibu kota Prancis beberapa jam setelah serangan.
Abdeslam berusaha menjauhkan diri dari tim pembunuh yang semuanya terbunuh setelah serangan itu, tampaknya menyiratkan bahwa dia telah berubah pikiran di menit-menit terakhir.
Abdeslam belum ditanyai tentang dugaan perannya dalam serangan itu. Dia menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah. Enam dari tersangka diadili secara in absentia.
Penggerebegan di Belgia
Sementara itu, terkait perkembangan terorisme di negara tetangga, Belgia, lebih dari 100 polisi pada hari Selasa (8/2), menggerebek beberapa alamat di sekitar kota pelabuhan Antwerpen dan menahan 13 orang yang dicurigai terkait dengan kelompok ekstremis, kata jaksa.
Operasi itu diluncurkan di bawah wewenang hakim anti teror sebagai bagian dari penyelidikan yang lebih luas, kata jaksa federal dalam sebuah pernyataan.
Kota Brussel dan Antwerpen di Belgia telah dipilih di masa lalu sebagai basis belakang yang diduga untuk ekstremisme internasional.
Antwerpen adalah basis kelompok ekstremisme Sharia4Belgium, yang didirikan pada 2010, dan beberapa anggotanya terus berjuang untuk kelompok garis keras di Suriah.
Mantan pemimpinnya, Fouad Belkacem, dijatuhi hukuman pada tahun 2015 di Belgia hingga 12 tahun penjara, kemudian kewarganegaraan Belgianya dicabut pada tahun 2018.
Sharia4Belgium telah resmi dibubarkan, tetapi penegak hukum Belgia khawatir hal itu masih bisa menjadi sumber inspirasi bagi beberapa oarang radikal.
Sebagai buntut dari serangan Paris 13 November 2015, yang menewaskan 130 orang, Belgia diduga sebagai basis belakang untuk ekstremisme internasional.
Penyelidikan awal mengungkapkan bahwa beberapa penyerang berasal dari kelas pekerja distrik Molenbeek di Brussel, dan bahwa serangan itu direncanakan di sana.
Belgia sendiri menjadi sasaran setelah penangkapan Salah Abdeslam di Brussel, satu-satunya anggota geng penyerang Paris yang masih hidup, kini diadili di Prancis.
Pada 22 Maret 2016, Brussel dilanda serangan bom bunuh diri ganda yang diklaim oleh kelompok teroris ISIS.
Pembom dari sel ekstremis yang sama yang menyerang Paris meledakkan diri di bandara Brussels Zaventem dan di metro, menewaskan 32 orang dan melukai 340 orang. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...