The Christian Post: Trump Mengaku Kristen tapi Menolak Bertobat
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Salah satu media online Kristen terkemuka di Amerika Serikat, The Christian Post telah menabrak tradisi yang selama ini mereka pegang demi mencegah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Pertama kali dalam sejarah media itu sejak berdiri pada tahun 2004, mereka menulis tajuk rencana yang dengan tegas menolak Donald Trump dan mengajak pembacanya untuk tidak memilih taipan properti tersebut.
"Sebagai situs berita evangelis paling populer di Amerika Serikat dan dunia, kami merasa terdorong oleh tanggung jawab moral kami kepada pembaca untuk membuat jelas bahwa Donald Trump tidak mewakili kepentingan Kristen Injili dan akan menjadi pemimpin berbahaya bagi negara kita," demikian bunyi editorial itu, yang diklaim dibuat oleh para redaktur senior media tersebut.
Salah satu alasan mengapa mereka menolak Trump ialah karena kandidat terdepan calon presiden Partai Republik itu selama ini mengaku sebagai orang Kristen,namun tidak pernah meminta pengampunan atau menyesali dosanya.
"Sementara Allah, dalam kreativitasNya yang menakjubkan, telah merengkuh manusia ke dalam diri-Nya melalui anugerah Yesus Kristus dalam berbagai cara, ada beberapa tindakan yang tidak bisa dinegosiasikan, yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Kristen: harus bertobat dari dosa-dosa dan mengikuti Kristus sebagai Tuhan dan Penyelamat. Trump tidak berbicara dengan cara ini, bahkan ketika ia didesak untuk itu," tulis The Christian Post.
Disebutkan pula bahwa tindakan-tindakan Trump selama ini tidak menunjukkan sebagai buah-buah roh.
"Trump mengaku akan 'melindungi orang-orang Kristen.' Kita sudah memiliki Pelindung, dan Dia bukan Trump," lanjut editorial tersebut.
Editorial itu juga meminta pendukung Trump agar sadar dan mulai membuka mata terhadap kelemahan Trump. Diakui bahwa para pendukung Trump beralasan bahwa AS telah terlalu lama mengalami politisasi dimana para politisi hanya mewakili kepentingan tertentu. Setelah mereka terpilih, mereka dilupakan.
Tetapi, menurut editorial itu, Trump bukan jawaban untuk itu. Trump memang menjanjikan banyak hal, kata The Christian Post, tetapi tidak mungkin hal itu ia penuhi.
"Trump telah dikelilingi oleh kontroversi selama puluhan tahun karena tidak jujur, praktik bisnis yang dipertanyakan, dilaporkan memiliki hubungan dengan kejahatan terorganisir, dan perubahan mendadak dalam posisi fundamental. Banyak kontroversi di sekelilingnya melibatkan penipuan terhadap kelas pekerja..."
Dikatakan pula telah banyak kalangan Injili yang mengeritik Trump, seperti Matt Barber, Dr. Michael Brown, Kristi Burton Brown, Susan Stamper Brown, Rev. Mark Creech, Wallace Henley, EW Jackson, Max Lucado, Dr Russell Moore dan Reid Ribble.
"Ini adalah saat yang penting dalam sejarah Amerika dan kami mengimbau semua orang Kristen untuk berdoa bagi pertobatan pribadi, pengampunan ilahi dan kebangkitan spiritual bagi bangsa kita. Ini bukan waktunya untuk Donald Trump."
Editor : Eben E. Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...