The Economist Gelar Konferensi 100 Hari Pemerintahan Jokowi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Majalah ekonomi terkemuka yang berbasis di London, The Economist, hari ini menggelar konferensi bertema “Indonesia Summit: New Light or False Down?” yang bertujuan memberikan evaluasi 100 hari pemerintahan Jokowi-JK.
Menurut The Economist, Jokowi yang berasal dari rakyat non-elit politik maupun militer, telah dengan tegas membuat pemisahan diri dengan masa lalu. Banyak yang berharap pemerintahan baru yang dipimpinnya akan dengan meyakinkan membereskan permasalahan kelembagaan, korupsi dan birokrasi yang disisakan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
The Economist menilai Jokowi selama ini telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang taktis dan pemecah masalah. Namun di sisi lain kurangnya kemampuan serta jejaring politiknya dapat menjadi penghalang baginya dalam menyusun strategi pertumbuhan ekonomi dan mempersatukan bangsanya.
Lebih jauh, The Economist juga menilai, wacana yang berkembang di Indonesia dewasa ini justru lebih mengarah kepada proteksionisme, inward looking yang tampak sangat menonjol sepanjang kampanye Pilpres 2014. Padahal, keterbukaan dan kepercayaan kepada investasi asing selama ini telah menjadi karakteristik utama Indonesia dalam sejarah pertumbuhan ekonominya sejak krisis 1997.
Dalam konferensi yang dilangsungkan di Hotel Shangri La, Jakarta, hari ini, The Economist menghadirkan sejumlah tokoh terkemuka untuk menilai 100 hari pemerintahan Jokowi. Menurut Jon Fasman, Kepala Biro The Economist untuk Asia Tenggara, ketika membuka acara ini, The Economist ingin menilai di mana Indonesia kini berada dan kemana arah yang akan dituju.
Untuk itu konferensi ini menghadirkan pembicara di antaranya sebagai keynote speaker, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dan pidato penutupan akan disampaikan oleh Menko Perekonomian, Sofyan Djalil nanti sore.
Turut sebagai pembicara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, Menteri Pendidikan, Anis Baswedan, Duta Besar AS untuk Indonesia, Robert Blake, Dirut Bank Mandiri, Budi Sadikin, Profesor Melbourne Business School, Mark Crosby, Senior Resident IMF untuk Indonesia, Benedict Bingham, dan sejumlah tokoh lainnya.
“Banyak harapan di sekitar Jokowi, tetapi dia tidak bisa memimpin sendirian,” demikian salah satu kalimat mengelaborasi satu dari enam tema panel diskusi yang akan berlangsung sepanjang hari ini.
“Barangkali tantangan paling besar Jokowi adalah tingginya ekspektasi. Dukungan kepadanya didasarkan pada sentuhan dan kemampuannya membersihkan birokrasi sepanjang jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta. Namun, pekerjaan terakhirnya itu, walau pun berat, jauh lebih tidak kompleks dibanding memerintah negara berpenduduk nomor lima di dunia ini.”
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...