Tiga Cara Dishub Atasi Macet Jakarta
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Provinsi DKI Jakarta sepertinya tak pernah lepas dari masalah kemacetan. Apabila menengok ke belakang, kemacetan di Ibu Kota mulai muncul sejak diubahnya Jakarta menjadi Daerah Khusus Ibukota pada 1961. Pada masa itu, pertumbuhan penduduk Jakarta melonjak pesat. Dalam jangka waktu tak lebih dari lima tahun, penduduk Jakarta bertambah dua kali lipat. Pertumbuhan penduduk yang signifikan otomatis membawa dampak sosial di berbagai bidang, salah satunya kemacetan lalu lintas.
Kini, berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi macet Jakarta, salah satunya ialah diluncurkannya beragam mode transportasi, seperti Transjakarta dan Kereta Rel Listrik (KRL). Namun pada realitasnya, cara ini tak cukup cepat mengembalikan lalu lintas Jakarta seperti masa lalu.
Seperti tak lelah memutar otak mengatasi kekejaman lalu lintas ini, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta terus mengatur cara meminimalisasi persoalan klasik tersebut.
Hendrico Tampubolon, Kepala Bidang Pengendalian dan Operasi Dishub DKI Jakarta saat ditemui satuharapan.com pada Kamis (29/1) pagi di Jalan Sabang, Jakarta Pusat memaparkan upayanya mengatasi kemacetan kota megapolitan ini.
Dari pemaparan Hendrico, setidaknya ada tiga cara besar yang dilakukan Dishub DKI untuk meminimalisasi kemacetan.
Rekayasa Lalu Lintas
Macet Jakarta bisa dikendalikan dengan rekayasa lalu lintas. Begitulah Hendrico membuka perbincangan. Rekayasa lalu lintas dirancang oleh Dishub, kemudian diajukan ke kepolisian untuk dieksekusi.
“Mekanismenya setelah masuk ke dalam satu lokasi, nanti dikaji terlebih dahulu. Ketika titik A terjadi kemacetan, dicari tahu hambatannya apa. Setelah diketahui hambatannya apa, daerah-daerah di sekitarnya akan kami atur. Kalau kepadatannya terjadi karena penyempitan jalan, maka lampu merah di depan harus diperpanjang,” Hendrico menjelaskan.
Rekayasa lalu lintas dijelaskan Hendrico merupakan solusi yang harus diambil jika terjadi kepadatan lalu lintas.
Pembatasan Jalur Kendaraan Roda Dua
Selanjutnya, teknik yang digunakan Dishub untuk mengatasi biang kemacetan adalah pembatasan jalur kendaraan roda dua atau motor. Motor dinilai masih menjadi penyebab kemacetan utama di beberapa titik. Belum lagi tingkat kecelakaan kendaraan bermotor juga dicatat paling tinggi.
“Dari hasil kepolisian dicatat di jalur kecepatan tinggi seperti di Thamrin, tingkat kecelakaan motor sangat tinggi sebelum diterapkan aturan motor dilarang melintas. Maka harus diambil tindakan,” kata Hendrico.
Untuk itu, motor pun mau tidak mau harus melintasi jalur alternatif. Sementara itu, untuk mengatasi kemacetan di jalur alternatif motor, Dishub menegaskan arus alternatif tersebut harus terus dilakukan penyelarasan.
Ajak Masyarakat Kembali ke Angkutan Umum
Mengajak masyarakat kembali menggunakan angkutan umum dan menanggalkan kendaraan pribadi adalah cara yang paling ampuh menurut Dishub untuk mengatasi persoalan macet Jakarta.
“Yang menjadi PR pemerintah adalah bagaimana caranya agar kami menyiapkan kendaraan umum itu dengan baik, aman, dan terjangkau. Memang ini transisi yang kami harapkan agar masyarakat bisa mengerti. Pola umumnya adalah kami harus menyiapkan angkutan umum dan mengajak masyarakat mencintai kendaraan umum,” ujar Hendrico.
Selanjutnya, Dishub menargetkan Pemprov DKI akan menggratiskan fasilitas angkutan umum.
Menurut Hendrico, makin banyak fasilitas kendaraan umum yang digratiskan, makin baiklah sistem yang dibuat oleh pemerintah.
“Ke depan semua kendaraan umum diharapkan akan digratiskan. Kami berharap 2016 sudah jalan,” katanya.
Editor : Bayu Probo
Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Operasi Mulai ...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM-Sindikat uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar te...