Tiga Faktor Utama Dorong Migrasi ke Eropa
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Penganiayaan, konflik dan kemiskinan mendorong setidaknya satu juta jiwa untuk mencari keselamatan ke Eropa pada 2015. Namun di saat bersamaan Badan Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyoroti beberapa negara Eropa yang memberlakukan sentimen anti-asing.
“Ada beberapa negara Eropa yang memberlakukan sentimen anti-asing dan jumlahnya meningkat di beberapa negara, namun penting diingat bahwa negara-negara Eropa perlu mengenali kontribusi positif migran agar membuat untuk masyarakat di mana mereka tinggal merasa nyaman,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), António Guterres, saat berpidato di Dewan Keamanan (DK) PBB, di New York, hari Selasa (22/12).
“Selain itu migran dan negara-negara Eropa perlu mengembangkan nilai-nilai universal melindungi kehidupan, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mempromosikan toleransi dan keragaman,” Guterres menambahkan.
UNHCR, menurut data pada Senin (21/12) menjelaskan bahwa sebanyak 972.500 migran telah mengambil jalur berbahaya di persimpangan Laut Mediterania. Selain itu, IOM (Organisasi Migrasi Internasional) memperkirakan bahwa lebih dari 34.000 jiwa menyeberang dari Turki ke Bulgaria dan Yunani dengan jalur darat.
Jumlah tersebut, menurut IOM, adalah yang tertinggi di Barat dan Eropa Tengah sejak krisis Balkan tahun 1990-an, ketika beberapa konflik pecah di bekas Yugoslavia.
“Kita tahu migrasi tidak bisa dihindari,” kata William Lacy Swing, Direktur Jenderal Organisasi Internasional untuk Migrasi
“Tapi itu tidak cukup untuk menghitung jumlah migran yang tiba saat ini hampir 4.000 jiwa yang dilaporkan hilang atau tenggelam. Kami juga harus memperlakukan migrasi yang legal, aman untuk semua orang, baik untuk migran sendiri dan berbagai negara yang akan menjadi tujuan mereka,” kata dia.
Catatan IOM menunjukkan lebih dari 800.000 migran datang melalui Laut Aegea dari Turki ke Yunani, sedangkan untuk 80 persen dari migran datang secara tidak teratur di Eropa melalui laut tahun ini. Pada saat bersamaan, jumlah orang menyeberang dari Afrika Utara ke Italia menurun, dari 170.000 pada tahun 2014 menjadi sekitar 150.000 pada tahun 2015.
Catatan IOM menunjukkan jumlah orang yang melintasi Laut Mediterania terus meningkat dari sekitar 5.500 pada Januari 2015 mencapai puncak pada bulan Oktober 2015 pada angka lebih dari 221.000 jiwa. Sementara itu, lebih dari 3.600 orang meninggal atau pergi hilang. (unhcr.org).
Editor : Eben E. Siadari
Rajin Olahraga Kurangi Risiko Terkena Stroke Kembali
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis neurologi RSUD Pasar Minggu dr. Marijanty Learny Vera T....