Tiga Hal yang Didamba
”Motivasi kerja seorang karyawan, berbanding lurus dengan intensitas komunikasinya dengan atasannya” (Bob Nelson).
SATUHARAPAN.COM – Kerja itu cari apa, sih? Pertanyaan ini pasti pernah menghinggapi setiap pekerja pada suatu masa selama bekerja. Lalu lembaga-lembaga konsultan mencari jawabnya melalui berbagai survei. Selama puluhan tahun, berulang-ulang dilakukan survei untuk melihat adakah perubahan dalam apa yang sesungguhnya dicari orang dalam pekerjaannya.
Salah satu survei terakhir dilakukan oleh lembaga konsultan terkenal, bernama Gallup, diterbitkan pada 2017, berdasarkan pengamatan selama 16 tahun. Gallup melakukan survei sejak puluhan tahun lalu dan dengan demikian bisa melihat perubahan dari waktu ke waktu.
Dalam surveinya yang terakhir itu, Gallup memunculkan fakta bahwa rasa keterikatan, atau engagement karyawan terhadap pekerjaan, sangatlah rendah. Hanya 33%. Angka ini hanya bergeser 3% membaik dibandingkan 10 tahun sebelumnya. Ini berlaku khususnya untuk masyarakat di Amerika Serikat.
Di Indonesia mungkin tidak akan banyak berbeda. Padahal lembaga-lembaga konsultan bertebaran di sudut mana pun di dunia ini untuk membantu pimpinan perusahaan dalam meningkatkan rasa keterikatan karyawan itu. Ternyata tidak mudah.
Apakah karyawan bukan bekerja untuk gaji? Atau untuk fasilitas atau keuntungan fisik dari hasil kerjanya?
Itu memang penting. Betul sekali. Namun, hasil survei puluhan tahun tidak berbohong: karyawan lebih sering meninggalkan pekerjaannya bukan karena gaji atau fasilitas yang kurang, namun karena atasan yang tidak memuaskan. Gaji atau penghargaan fisik hanya akan menolong sesaat. Bahkan Dale Carnegie, pakar motivasi legendaris itu mengatakan bahwa benar, orang bekerja untuk uang, namun mereka akan bersedia bekerja luar biasa jika mendapatkan pengakuan, pujian, dan penghargaan.
Atasanlah yang dapat membentuk itu. Karena, atasan adalah representasi perusahaan di mata karyawan. Atasan yang tidak memberikan apa yang didambakan, mencerminkan perusahaan yang kurang memperhatikan karyawannya. Memberikan penghargaan fisik juga tak menolong. Sekali atasan mulai memancing engagement dengan penghargaan fisik (bonus, komisi, dan lainnya), maka untuk selanjutnya karyawan akan menunggu keterulangannya. Padahal, penghargaan fisik hanya berumur pendek di benak karyawan.
Mengapa demikian sulitnya membangun engagement?
Salah satunya adalah karena pimpinan sering kurang memahami bahwa produktivitas kerja datang dari rasa keterikatan karyawan. Dan rasa keterikatan hanya dapat dicapai ketika karyawan merasa mendapatkan apa yang ia cari.
Lalu, apa yang sebenarnya dicari karyawan dalam pekerjaan?
Abad ini adalah abad para milenials. Angkatan kerja sudah mulai didominasi oleh para milenialis. Karena itu penting dikenal, apa yang menjadi dambaan para milenialis itu.
Menariknya, berbagai studi menemukan bahwa sekalipun para milenialis berbeda dari generasi sebelumnya yaitu para Baby Boomers dan kemudian Generation X, namun pada dasarnya yang mereka harapkan tidak banyak berbeda: kesempatan bertumbuh, atasan yang baik yang peduli akan mereka, dan jabatan atau fungsi yang sesuai dengan talenta dan minat mereka. Dengan kata-kata mereka, mungkin dalam satu kalimat dinyatakan begini: ”Tunjukkanlah bahwa saya berharga di mata Anda, dan bantulah saya melihat visi dan makna pekerjaan ini bagi saya.”
Perbedaan para milenialis, menurut Gregg Lederman dalam bukunya CRAVE, hanya dalam intensitasnya. Mereka mendambakan yang sama, namun lebih banyak dari ke tiga hal itu. Mereka mencari tempat kerja yang lebih jelas visi dan misinya ke depan. Mereka juga menginginkan komunikasi yang lebih intensif dengan atasan dan jejaring kerja mereka (tak heran saat ini kedai kopi semakin menjamur), mereka berharap lebih banyak menerima respons pujian dari atasan.
Studi Gallup membuktikan bahwa 44% milenialis yang melaporkan bahwa pertemuan dengan atasan cukup sering dilakukan, merasa keterikatan dengan pekerjaan yang tinggi. Milenialis yang atasannya tidak cukup melakukan pertemuan dengan mereka, hanya 22% merasakan keterikatan.
Ini merupakan pesan teramat penting dari studi Gallup: seringlah melakukan pertemuan dengan bawahan, berikanlah apresiasi kepada mereka, niscaya keterikatan mereka akan meningkat, bahkan bisa sampai lebih dari dua kali lipat. Usaha yang tidaklah terlalu berat, dengan hasil yang menakjubkan. Amat layak diupayakan!
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...