Mumpung Kita Masih Diberi Waktu
Yesus menolak menilai malapetaka sebagai hukuman Allah. Akan tetapi, itu tidak berarti, manusia boleh hidup sembrono.
SATUHARAPAN.COM – ”Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?” (Luk. 13:2).
Demikianlah tanggapan Yesus mengenai orang-orang Galilea, yang darahnya dicampur oleh Pilatus dengan darah kurban mereka sendiri. Ada beberapa orang Galilea yang dibunuh tentara, berdasarkan perintah Pilatus, sewaktu mempersembahkan kurban di Bait Allah. Tak hanya dibunuh, darah korban dicampur dengan darah kurban yang hendak dipersembahkan di Bait Allah.
Para sejarawan menduga, orang-orang itu adalah pejuang Zelot yang bermarkas di Galilea. Siapa pun mereka, kematian itu mengenaskan dan membuat orang bertanya-tanya: ”Mengapa?”
Masyarakat Yahudi, juga masyarakat Indonesia, beranggapan bahwa malapetaka merupakan hukuman Allah. Kematian tak wajar dianggap sebagai hukuman Allah.
Sang Guru memerintahkan para murid-Nya untuk tidak begitu saja menilai sesuatu yang tak wajar sebagai hukuman Allah. Itu namanya penghakiman dan pasti ketidakadilan. Sudah jadi korban, kok masih dihakimi!
Mungkin berkaitan. Allah bisa menjadikan sebuah peristiwa sebagai hukuman. Namun, para murid dilarang mengaitkan seluruh peristiwa naas dengan hukuman Allah.
Biasanya, ketika seseorang mendapat hal buruk, dia bertanya, ”Apakah dosa saya?” Tetapi, anehnya, jika keadaan baik-baik saja, bahkan semakin baik, jarang yang berpikir bahwa semua itu merupakan kerjaan si Jahat!
Itu jugalah yang dipahami warga jemaat di Korintus. Sehingga Paulus perlu memberikan nasihat: ”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia.” (I Kor. 10:13).
Paulus juga menasihati mereka untuk memohon kekuatan Allah agar dimampukan menanggung semua kesulitan itu. Kesulitan hidup bukan untuk dihindari, tetapi harus dihadapi.
Yesus menolak menilai malapetaka sebagai hukuman Allah. Akan tetapi, itu tidak berarti, manusia boleh hidup sembrono. Selanjutnya Dia berkata, ”Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa dengan cara demikian.” (Luk. 13:3).
So, bertobatlah—mengutip Ebiet G. Ade—”Mumpung kita masih diberi waktu”.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...