Yesus Mengeluh
Dan ketika keluhan itu tak bersambut, Yesus pun menangisi Yerusalem (Luk. 19:41).
SATUHARAPAN.COM – Yesus mengeluh (Luk. 13:31-35) Tak mudah memahaminya. Tak hanya kita, manusia Indonesia abad XXI, orang-orang pada masa Yesus pun sulit menerima kenyataan itu.
Bagi bangsa Yunani, salah satu sifat Allah adalah apatheia, yang berarti ketidakmampuan secara total untuk merasakan emosi apa pun. Pathos berarti penderitaan. Apathos atau apatheia berarti bahwa Allah, yang sempurna, tak mungkin merasakan derita.
Dalam pemahaman Yunani itu, jika Allah mempunyai rasa, maka Dia masih dikuasai oleh perasaan-Nya. Itu berarti perasaan lebih berkuasa dari Allah. Jika demikian, siapa yang berhak disebut mahakuasa: Allah atau perasaan? Namun, Lukas mencatat nada keluhan Yesus.
Yesus mengeluh karena Yerusalem lebih menggugu kehendak hatinya sendiri. Mereka tidak menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup mereka.
Itu tampak jelas ketika beberapa orang Farisi berkata kepada Yesus, ”Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” (Luk. 13:31, TB2). Namun, Yesus menjawab, "Pergilah dan katakanlah kepada si rubah itu...” (Luk. 13:32, TB2).
Yesus menyebut Herodes rubah. Sepintas lalu, dari kejauhan, rubah memang tampak seperti domba karena warnanya tak begitu berbeda. Namun, rubah merupakan pemangsa domba. Ungkapan ”seperti rubah” menggambarkan orang jahat yang licik dan berbahaya.
Di mata Yesus, Herodes memang gambaran manusia yang terlihat baik, namun berbahaya. Tetapi, dengan mengatakan bahwa Herodes seperti rubah, Yesus juga hendak menyatakan bahwa di mata-Nya Herodes bukanlah sosok yang perlu ditakuti.
Kalau rajanya saja seperti rubah, bagaimana dengan rakyatnya? Itulah gambaran Yerusalem secara umum. Dan karena itulah Yesus mengeluh.
Keluh di sini bukan tanda kelemahan, lebih tepat tanda kepedulian. Yesus peduli terhadap Yerusalem. Kota damai itu ternyata tak mau berubah. Beberapa nabi ditolak dan dan banyak utusan Allah dilempari dengan batu.
Keluhan Yesus merupakan tanda kasih. Yesus mengasihi Yerusalem. Perhatikan nada keluhan-Nya: ”Sudah berapa kali Aku ingin merangkul semua pendudukmu seperti induk ayam melindungi anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kau tidak mau.” (Luk. 13:34, BIMK)
Persoalaannya: tidak ada kemauan dalam diri penduduk kota itu, mungkin karena meneladan sang raja, untuk berubah. Itulah yang membuat Yesus mengeluh.
Dan ketika keluhan itu tak bersambut, Yesus pun menangisi Yerusalem (Luk. 19:41).
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...