Tiga Lesbian Terketuk Hatinya Usai Dengarkan Shalawatan
CIREBON, SATUHARAPAN.COM – Tiga mantan lesbian asal Jakarta mengikuti shalawatan dan santunan yatim di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Minggu (3/1). Mereka mengaku terketuk hatinya saat mengikuti agenda tersebut.
Pengasuh Pondok Pesantren Buntet Cirebon KH Ayip Abbas Abdullah yang hadir dalam kesempatan itu mengajak seluruh elemen untuk memperlakukan siapa pun dengan baik. Tak terkecuali mereka yang tenggelam di dunia hitam.
"Agama adalah akhlak. Marilah sama-sama kita berusaha memanusiakan manusia. Siapa pun orangnya," katanya seperti dikutip dari NU Online.
Sementara itu, Imel (nama samaran), mantan lesbi mengaku hidupnya tenang. Gelisah yang dulu selalu menerpa ketika di dunia lesbi, kini menghilang.
"Jiwa saya tenang sekali. Ada perasaan yang sulit digambarkan. Visual dosa saya tergambar dari kecil. Semua dosa terlihat nyata sekali. Saya menyesal menjadi lesbi," kata dia.
Imel mengaku baru setahunan berhenti menjadi lesbian. Dalam hidupnya, ia sudah 20 tahun terkungkung dalam dunia perlesbianan. Setiap kali mengikuti shalawatan dan santunan tak kuat untuk membendung tangis.
Kali pertama mengikuti agenda itu ketika di Jakarta setahun lalu. "Pertama ikut, jiwa saya bergejolak. Lalu berpikir dan memutuskan berhenti jadi lesbi. Sangat berat, Mas." Kata dia.
Senada dengan Dini merasakan hal sama. Bedanya, Imel sebagai butchy alias buci, lesbi yang jadi pria; sedangkan Dini sebagai lesbi femme, pelaku sebagai pasangan wanitanya.
"Susah diceritain Mas. Rasanya hati adem. Lalu begitu menyesal tercebur ke lesbi. Saya ingin kembali ke agama," kata Dini.
Ia telah meninggalkan lesbi setahunan juga usai mengikuti shalawatan dan santunan yatim.
Sudah Merambah Remaja Putri
Dini mewanti-wanti para wanita agar jangan sekali-kali tercebur ke dunia lesbi. Rasa sesalnya seumur hidup. Untuk seluruh orang tua, Dini juga mengingatkan agar mengawasi buah hati wanitanya secara ketat.
"Sekarang lesbi ada juga yang masih SMP. Hati-hati untuk orangtua. Virus lesbi menyebar lebih cepat dari narkoba. Bahkan lebih cepat dari api membakar bensin," kata Dini.
Jika sudah tercebur ke dunia lesbi; alkohol, narkoba, dan seks bebas pasti merasakan. Lalu, kegelisahan hidup akan berlipat-lipat. Hidup tidak tenang. Hal itu diamini Imel dan satu mantan lesbi lainnya, Tika. Dini dan Tika sudah tercebur ke dunia lesbi selama 15 tahun.
Ketiganya berhenti jadi lesbi usai mengenal shalawatan dan yatiman. Sejak itu, mereka terus aktif mengikuti dalam kegiatan tersebut. Meski di Cirebon, mereka tempuh juga.
Tika menambahkan, "Kalau dulu kami selalu gelisah, sekarang ketenangan hidup kami begitu luar biasa. Alhamdulillah. Dan ternyata pesta-pesta dalam lesbi cuma kamuflase rasanya. Setelah pesta menambah ketidaktenangan hidup."
"Please, jangan pernah terjebak di dunia lesbi," katanya.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...