Tiga Pemimpin Negara Islam Hadiri KTT Kuala Lumpur
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM-Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur (KL Summit), yang berlangsung di Kuala Lumpur Convention Center (KLCC), 19 - 21 Desember 2019, dihadiri oleh 450 delegasi dari 56 negara Muslim di dunia.
Berdasarkan informasi dari pusat layanan media KL Summit, Kamis 19/12), kepala negara yang menghadiri acara pembukaan dengan jamuan makan malam dan penyambutan pada hari Rabu (18/12) malam adalah Emir Qatar, Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Iran, Hassan Rouhani.
Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Uzbekistan diwakili oleh Rustam Kasimov. Raja Salman dari Arab Saudi tidak hadir pada jamuan tersebut sedangkan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, memilih absen pada menit-menit terakhir.
KL Summit, yang mengambil tema "Peranan Pembangunan Dalam Akses Kedaulatan Negara", tersebut akan dibuka oleh Raja Malaysia atau Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah di Plenary Hall KLCC, hari Kamis.
KTT Kuala Lumpur diselenggarakan sebagai platform internasional bagi para pemimpin, intelektual, dan cendekiawan Muslim dari seluruh dunia untuk berdiskusi dan bertukar gagasan tentang isu-isu yang dihadapi dunia Muslim, menurut laporan Antara.
KTT Kuala Lumpur pertama, November 2014, diselenggarakan untuk menyatukan tokoh-tokoh Muslim terkenal. Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang juga Ketua KL Summit, mengatakan KTT mengumpulkan para pemimpin, intelektual, dan cendekiawan Muslim dengan membawa tujuan mulia untuk mengidentifikasi masalah yang menimpa dunia Muslim dan menemukan solusi bagi mereka.
"Kami telah mendengar kutipan yang sering diulang yang dikaitkan dengan sarjana dan ahli hukum Mesir abad ke-19, Muhammad ‘Abduh, yang pernah berkata:“ Saya pergi ke Barat dan melihat Islam, tetapi tidak ada Muslim; Saya kembali ke Timur dan melihat Muslim, tetapi tidak ada Islam," katanya.
"Ini hanyalah pengingat nyata akan kegagalan kita, ketidakmampuan kita untuk hidup berdasarkan prinsip dasar Islam, membuat Islam ad-deen, cara hidup kita," katanya.
Pernyataan Mahathir
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menolak hadir di KTT KL, karena menganggap bahwa semua pembicaraan tentang negara-negara Islam semestinya di bawah OKI (Organisasi Kerja sama Islam). Kemudian Pakistan menyusul untuk tidak hadir.
MenanggApi hal itu, dalam pidato sambutannya, Mahathir Muhammad mengatakan, "Saya ingin menjelaskan secara singkat tujuan KTT ini. Kami di sini bukan untuk membahas tentang agama tetapi tentang keadaan di dunia Muslim," katanya.
Mahathir mengatakan semua tahu bahwa umat Islam, agama mereka dan negara mereka berada dalam keadaan krisis. "Di mana-mana kita melihat negara-negara Muslim dihancurkan, warganya dipaksa untuk melarikan diri dari negara mereka, dipaksa untuk mencari perlindungan di negara-negara non-Muslim. Ribuan orang, tewas dalam perkelahian mereka dan banyak lagi yang ditolak suaka," katanya.
Di sisi lain, kata dia, pihaknya melihat Muslim melakukan tindakan kekerasan, membunuh korban yang tidak bersalah, pria, wanita, anak-anak, yang sakit dan yang tidak mampu. "Mereka melakukan ini karena negara mereka sendiri tidak dapat memberikan keamanan bagi mereka atau melakukan apa pun untuk merebut kembali tanah yang telah direbut oleh orang lain. Karena frustrasi dan marah, mereka bereaksi dengan keras dengan cara apa pun untuk mencapai tujuan mereka," katanya.
Mahathir mengatakan mereka membalas dendam tetapi yang berhasil mereka lakukan hanyalah mencemarkan agama Islam mereka sendiri. "Mereka telah menciptakan rasa takut dengan tindakan mereka. Dan sekarang Islamofobia ini, ketakutan akan Islam yang tidak dapat dibenarkan ini telah merendahkan agama kita di mata dunia," katanya.
Tetapi, kata dia, kita perlu tahu bagaimana rasa takut ini ditimbulkan, apakah hal tersebut benar atau hanya propaganda para pencela kita atau kombinasi keduanya. "Kemudian kita harus berurusan dengan perang saudara, pemerintah gagal dan banyak bencana lain yang telah mengganggu umat Islam dan Islam tanpa ada upaya serius yang dilakukan untuk mengakhiri atau mengurangi mereka atau merehabilitasi agama," katanya.
Mahathir menegaskan Muslim dan negara-negara mereka berada dalam keadaan krisis, tidak berdaya dan tidak layak dari agama besar ini yang dimaksudkan untuk menjadi baik bagi umat manusia. "Untuk alasan-alasan inilah Pertemuan KTT diselenggarakan. Paling tidak, melalui diskusi, kita mungkin menemukan apa yang salah. Kita bahkan dapat menemukan solusi, jika tidak untuk mengakhiri bencana ini setidaknya untuk membangunkan dunia Islam, umat perlu mengenali masalah dan penyebabnya. Memahami masalah dan penyebabnya dapat mencerahkan kita dalam cara mengatasi atau mengurangi bencana yang menimpa umat," katanya.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...