Tiga Tokoh Kristen Masuk Kabinet Myanmar
NAYPYIDAW, SATUHARAPAN.COM - Presiden Myanmar yang baru, U Htin Kyaw, telah mengumumkan nama 14 menteri daerah dalam jajaran kabinetnya. Tiga di antaranya orang Kristen; satu Katolik dan dua Kristen Baptis. Ketiganya berasal dari partai National League for Democracy (NLD), pimpinan Aung Suu Kyi.
Nama mereka diumumkan pada 28 Maret lalu, menurut laporan UCAN News. Mereka akan bertanggung jawab untuk membentuk pemerintahan negara bagian dan daerah serta merancang undang-undang negara bagian.
Mahn Jonny, seorang Katolik, diangkat menjadi menteri divisi Irrawaddy, sementara Salai Lian Luai, seorang Baptis dan beretnis Chin, ditunjuk sebagai kepala menteri negara bagian Chin. Ada pun Khat Aung, seorang Baptis dan etnis Kachin, diangkat sebagai menteri negara bagian Kachin.
Lian Luai dan Aung telah menjabat sebagai anggota parlemen di daerah masing-masing, sedangkan Jonny telah menjabat sebagai anggota majelis rendah. Dia juga anggota Komite Eksekutif Pusat NLD.
Peter Lama Naw Aung, seorang Katolik dan anggota majelis rendah dari Kachin, mengatakan ia berharap Khat Aung akan fokus pada perdamaian, isu bendungan Myitsone yang telah menyebabkan rakyat di negara bagian itu terbelah, serta soal pengelolaan sumber daya alam.
"Penduduk [di negara bagian Kachin] sangat miskin meskipun banyak sumber daya alam yang berasal dari negara bagian itu. Jadi pendapatan dari sumber daya alam perlu digunakan untuk pengembangan daerah, seperti pengembangan layanan kesehatan, pendidikan dan menciptakan lapangan kerja," kata Lama Naw Aung kepada UCAN News.
Kachin wilayah berpenduduk amyoritas Kristen yang dilanda konflik Kachin, memiliki lebih dari 100.000 pengungsi yang tinggal di kamp-kamp sementara sejak 2011. Mereka adalah korban pertempuran antara militer dan Tentara Kemerdekaan Kachin.
Giam Kham Lian, seorang Baptis dan anggota parlemen di negara bagian Chin, berpendapat wilayahnya sangat membutuhkan perbaikan infrastruktur dan kesehatan yang lebih baik.
Wilayah Chin miskin dan kebanyakan bergunung-gunung, warganya dilanda kekurangan air. Kham Lian mengatakan: "Pemerintah negara harus memprioritaskan transportasi, kesehatan dan memecahkan masalah kelangkaan air".
Sementara itu Kardinal Myanmar, Charles Maung Bo, dalam khotbah Paskah, berpesan agar orang Kristen menjadi tanda harapan bagi Myanmar.
"Sebagai komunitas Katolik ... kita dianiaya, kita dikuburkan di makam kemiskinan, penindasan dan penolakan hak," katanya. "Saya sangat percaya akan kebangkitan Myanmar dari masa lalu yang menyakitkan yang terjadi. Kita sebagai masyarakat perlu berdiri menjadi saksi harapan Paskah," kata dia.
Kardinal itu mengacu pada tahun kediktatoran militer yang menimpa Myanmar dari 1962 hingga 2011 yang diwarnai marginalisasi Kristen dan agama minoritas lainnya di negara yang mayoritas beragama Buddha.
Dalam pidato pelantikan Presiden Htin Kyaw mengatakan: "Pemerintah baru kami akan menerapkan rekonsiliasi nasional, perdamaian, munculnya sebuah konstitusi yang akan membuka jalan bagi persatuan demokratis, dan meningkatkan standar hidup rakyat."
Pemerintah yang baru secara resmi akan bekerja pada 1 April.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...