Tim Gabungan Dirikan Dapur Umum untuk Pengungsi Letusan Semeru
LUMAJANG, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang bersama tim gabungan mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan warga mengungsi yang terdampak Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru pada hari Minggu (4/12) lalu.
Dapur umum beroperasi di beberapa titik pengungsian, salah satunya di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dapur umum tersebut dioperasikan oleh BPBD Kabupaten Lumajang bersama Palang Merah Indonesia (PMI). Dalam sehari, dapur umum tersebut menyediakan hingga 600 porsi makanan.
"Jumlah tersebut akumulatif dari pagi, siang, dan malam. Banyaknya porsi yang dibuat kami sesuaikan dengan jumlah pengungsi yang ada," kata Petugas BPBD Kabupaten Lumajang, Kustari.
Saat ini logistik akan terus didorong baik dari BPBD Kabupaten Lumajang maupun dari dinas sosial dan instansi terkait lainnya. Dapur umum juga menerima logistik dari warga maupun relawan yang memberikan bantuan.
Sementara itu untuk Desa Pronojiwo yang aksesnya terputus dari Kabupaten Lumajang, pengiriman bantuan logistik dilakukan memutar melalui Kota Malang. Pengiriman bantuan didukung oleh personel dari BPBD Kota Malang, TNI, dan juga Polri.
"Jalan yang menghubungkan Desa Curah Roboan dengan Desa Pronojiwo tertimbun material abu vulkanik sehingga tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Bantuan logistik ke Pronojiwo dikirimkan melalui Kota Malang," tambahnya.
Pengungsi Bertambah Menjadi 781 Jiwa
Hingga hari Selasa (6/12) malam, pengungsian pasca APG Gunung Semeru tersebar di 21 titik dengan jumlah pengungsi sebanyak 781 jiwa. Salah satu titik pengungsian berada di Gedung Serbaguna Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro.
"Setiap harinya kami data ulang. Kebanyakan para warga pulang ke rumah masing-masing pada pagi hingga siang hari, sebelum akhirnya kembali lagi ke pengungsian di sore hari," jelas Kasturi, petugas Pusat Pengendalian Operasi BPBD Kabupaten Lumajang.
Kebanyakan pengungsi melakukan hal tersebut mengingat ada beberapa pekerjaan yang harus mereka lakukan pada pagi hingga siang hari di sekitar rumah mereka. "Ada yang harus memberikan pakan ternak, berkebun, hingga bertani. Jadi sore hari baru ramai lagi di sini (pengungsian)," jelas Kasturi.
Saat ini tingkat akivitas Gunung Api Semeru masih pada level IV atau awas. Sebab itu, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 19 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak.
Masyarakat agar mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Editor : Sabar Subekti
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...