Tim PBB Tunda penyelidikan hari Selasa (27/8) karena Belum Ada Jaminan Keamanan
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Pengawas Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang menyelidiki kemungkinan penggunaan senjata kimia di Suriah menunda kunjungan ke situs kedua sampai dipastikan jaminan keselamatan bagi tim. Demikian dikatakan tim tersebut, dan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, kembali mendesak semua pihak di Suriah untuk bekerja sama dengan tim investigasi.
"Mengingat kompleksitas di lokasi, sementara konfirmasi tentang akses belum diperoleh, namun diperkirakan didapat hari ini," kata juru bicara PBB. Ban menegaskan bahwa kehadiran tim penyelidik di Suriah adalah untuk membantu, dan perlu kerja sama semua pihak untuk memenuhi mandat negara anggota PBB.
"Ini adalah kepentingan semua pihak untuk membawa bukti-bukti faktual dan kejelasan situasi yang telah membawa penderitaan besar bagi rakyat Suriah," kata Ban kepada wartawan.
Tim yang dipimpin ilmuwan Swedia, Dr Ake Sellström, menunda mengunjungi lokasi pada hari Selasa (27/8) karena ada serangan oleh penembak jitu (sniper), tetapi kembali ke lokasi penyelidikan pada hari berikutnya, dan tidak ada yang terluka dalam insiden itu.
Pedoman Penanganan Korban
Tim ini bekerja sama dengan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan tiga anggota staf dari Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) yang fokusnya pada kesehatan masyarakat, epidemiologi dan manajemen klinis.
Mereka berencana di sana selama 14 hari menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Suriah di Khan al-Asal, serta dua lokasi lain, serta yang terbaru di Ghouta, di pinggiran Damaskus.
Mereka dapat mencakup 21 Agustus dugaan penggunaan senjata kimia di daerah Ghouta luar Damaskus. Serangan itu dilaporkan menewaskan lebih dari 300 warga sipil termasuk anak-anak.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari ini mengatakan pihaknya akan menerbitkan pedoman sementara untuk pengobatan korban serangan senjata kimia.
Badan kesehatan PBB itu mengatakan pedoman itu termasuk informasi yang sangat spesifik untuk petugas kesehatan dalam mengidentifikasi pasien yang terkontaminasi, rekomendasi tentang perlindungan pribadi, prosedur dekontaminasi, dan panduan untuk tindakan medis, dan identifikasi kategori paparan dan pengobatan.
"Itu bukan kebetulan bahwa pedoman sementara yang baru diterbitkan pekan ini," kata juru bicara WHO, Glenn Thomas, di Jenewa. WHO secepatnya menerbitkan pedoman, dan itu sebabnya disebut sebagai dokumen pedoman sementara." (un.org)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...