Tim Peneliti Swiss Kembangkan Biosensor Pantau Virus Corona di Udara
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah tim peneliti di Swiss berhasil mengembangkan biosensor, yang bukan hanya mampu mendeteksi virus corona baru, melainkan juga memantau virus tersebut di lingkungan.
Laboratorium Federal Swiss untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Materi (Empa) pada Selasa (21/4) mengumumkan di situs webnya bahwa metode baru tersebut, yang dikembangkan oleh tim gabungan dari Empa, ETH Zurich, dan Rumah Sakit Universitas Zurich, dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi virus di tempat-tempat sibuk secara real-time.
"Setelah sensor ini siap, prinsipnya dapat diterapkan pada virus-virus lain, serta membantu mendeteksi dan menghentikan epidemi pada tahap awal," menurut situs web tersebut.
Untuk menunjukkan seberapa andal sensor baru itu dapat mendeteksi virus corona saat ini, para peneliti mengujinya dengan virus yang memiliki kaitan sangat erat, yaitu SARS-CoV, yang memicu wabah SARS di China pada 2003.
"Sejumlah tes menunjukkan, sensor ini dapat dengan jelas membedakan urutan RNA kedua virus yang sangat mirip itu, dan hasilnya siap dalam hitungan menit,” kata Dr Jing Wang dari tim peneliti.
Wang bersama timnya di Empa dan ETH Zurich biasanya bekerja untuk mengukur, menganalisis, dan mengurangi polutan di udara seperti aerosol dan nanopartikel yang diproduksi secara artifisial.
Wang mengatakan kepada Xinhua, bahwa bahkan sebelum COVID-19 mulai menyebar, dia dan para rekannya sedang meneliti sensor yang dapat mendeteksi bakteri dan virus di udara.
Ide mengembangkan sensor andal yang dapat mengidentifikasi virus tertentu ini tercetus awal Januari lalu, dan pandemi saat ini hanya memfasilitasi upaya mereka untuk mewujudkannya.
Menurut Wang, sensor tersebut tidak serta-merta dapat menggantikan tes laboratorium yang sudah mapan, namun dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk diagnosis klinis, dan terutama untuk mengukur konsentrasi virus corona di udara, misalnya di stasiun kereta api utama Zurich.
"Semoga ini akan membantu mengendalikan pandemi secepatnya," katanya.
Namun, saat ini sensor tersebut belum siap untuk penggunaan skala besar, karena sejumlah langkah pengembangan masih perlu dilakukan.
"Alat ini masih membutuhkan lebih banyak pengembangan. Saya berharap sensor akan siap dalam satu tahun," kata Wang kepada Xinhua, seraya menambahkan bahwa jika lebih banyak sumber daya yang diinvestasikan, masa penantiannya dapat lebih singkat lagi. (Xinhua/Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...