Tim Wonder Women TI Unpar Raih Juara II Dalam Chronics 2019
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Tidak salah bila tiga mahasiswi Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan (TI Unpar), yang hebat dan tangguh diberi predikat Wonder Women.
Mengapa? Karena di sela-sela kesibukan perkuliahan dan kerja praktik, tim yang terdiri atas Shania Surya Nataliputra (2016610045), Vania Edra Christabel (2016610072), dan Cleta Odelia Limouswan (2016610204) ini berhasil meraih prestasi dalam Chronics 2019 sebagai Juara II.
Perjalanan Tim Wonder Women meraih gelar juara II, merupakan perjalanan yang cukup panjang, sejak akhir Maret hingga akhir September.
Perjalanan diawali dengan pengiriman abstrak produk yang dirancang, lalu dilanjutkan dengan mini proposal dan babak final. Babak final sendiri terdiri atas Studi Kasus, Presentasi Full Proposal, Prototype skala 1:1, dan Pitching.
Rancangan produk yang diajukan oleh Tim Wonder Women adalah Kids Safe Shelter. Kids Safe Shelter ini berukuran 2×1 meter pada saat dibuka, dan pada saat terlipat hanya seukuran golfbag atau sekitar 25×80 centimeter. Shelter ini dilengkapi dengan kasur angin, matras, panel surya, perahu karet renang anak, kasa antiserangga, alas mandi bayi, humidifier, pompa kecil, dan temperature regulator.
Challenge on Product Design and Ergonomics atau biasa disingkat Chronics, merupakan kompetisi bergengsi di bidang perancangan produk dan ergonomi pada level Asia Tenggara.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Gadjah Mada (UGM), yang finalnya diselenggarakan pada Kamis (19/9) – Minggu (22/9/2019). Pada tahun 2019, Chronics mengangkat tema “Groundbreaking Inventions to Survive Natural Disaster”.
“Sebagai tim pertama dari Unpar yang lolos jadi finalis Chronics, dan kemudian menjadi juara 2 merupakan pengalaman yang tidak terlupakan,” kata Cleta,
“Terlebih Chronics diikuti oleh berbagai partisipan dari berbagai universitas di Asia Tenggara.” Bagi Tim Wonder Women, seluruh waktu dan tenaga yang mereka curahkan terbayar dengan prestasi yang mereka raih.
Chronics juga memberi pelajaran yang baik bagi mereka. “Di kompetisi tersebut banyak ilmu baru, teman, dan memori yang tak terlupakan,” kata Shania.
Ia juga dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam perkuliahan untuk menjawab tantangan yang dihadapi. Vania, yang memiliki ketertarikan dalam desain dan ergonomi menambahkan, “Mengikuti kompetisi akademik merupakan cara saya untuk mengetahui lebih dalam mengenai bidang-bidang keilmuan dalam Teknik Industri. Terlebih, saya juga belajar untuk me-manage waktu dan work under pressure.”
Mereka mengajak mahasiswa untuk berani mencoba hal baru, termasuk berkompetisi dalam bidang ilmu yang diminati.
Seperti yang disampaikan oleh Cleta, “Lebih baik gagal setelah mencoba dibanding takut untuk memulai.” “Just believe in yourself, do the best,” kata Shania, “and God will do the rest.” “Semua pengalaman yang didapatkan, baik positif atau negatif, pasti akan memberikan banyak pembelajaran yang bermanfaat,” kata Vania. (unpar.ac.id)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...