Tiongkok Buka Lebih dari 250 Kamp Kecanduan Internet
TIONGKOK, SATUHARAPAN.COM &ndash Mereka menyebutnya "heroin elektronik," dan pemerintah Tiongkok merasa itu adalah ancaman terbesar untuk para remaja di negara itu.
Pada 2008, Tiongkok, yang memiliki lebih dari 20 juta pecandu internet, menjadi salah satu negara pertama yang mendeklarasikan kecanduan itu sebagai kelainan klinis. Kecanduan internet telah melahirkan lebih dari 250 kamp di Tiongkok, yang dirancang untuk merawat anak-anak muda yang kecanduan tersebut.
Masalah kecanduan itu, dan upaya Tiongkok untuk merawatnya, telah menarik perhatian pembuat film asal Israel, Shosh Shlam dan Hilla Medalia, yang merilis film dokumenter karya mereka Web Junkie awal bulan ini.
Menurut laporan 2008 yang mendefinisikan kelainan tersebut, orang-orang yang menghabiskan lebih dari enam jam melakukan sesuatu selain bekerja atau belajar, dan merasa sebal ketika tidak dapat mengakses komputer, mengidap Kelainan Kecanduan Internet.
Permainan daring ternyata perilaku internet yang paling adiktif, dengan beberapa pengguna memakai popok untuk menghindari jeda kamar mandi.
Tren semacam ini telah membuat para orangtua di Tiongkok khawatir.
“Saya kira Tiongkok dan terutama para orangtua di Tiongkok sangat menganggap serius pendidikan," ujar Eric Harwit, profesor studi ilmu Asia di University of Hawaii. “Mereka melihat banyak remaja, terutama mahasiswa, mulai kehilangan minat di sekolah dan menghabiskan banyak waktunya untuk melakukan permainan di internet."
Harwit mengatakan, para orangtua anak muda yang kecanduan Internet itu sangat ingin mengobati anak-anak mereka. Beberapa bahkan memberi anak-anak mereka obat, untuk bisa membawa mereka ke kamp.
"Mereka melihat (kamp-kamp) itu sebagai jalan terakhir untuk mereformasi anak-anak mereka, terutama untuk anak tunggal, dan memberi mereka kesempatan untuk memutus kecanduan akan permainan internet, diharapkan akan kembali ke sekolah dan menjadi lebih mampu secara akademis," ujarnya.
Kamp-kamp bergaya tentara itu terletak di seluruh Tiongkok, dan dirancang untuk memaksa anak-anak muda menghentikan kebiasaan berselancar dan melakukan permainan video secara obsesif di internet. Biasanya para peserta dapat menghabiskan tiga sampai empat bulan di kamp untuk menerima perawatan.
Para orangtua juga diwajibkan berpartisipasi dalam olahraga yang cukup keras, pengobatan dan terapi. Terkadang orang tua juga ditempatkan dalam isolasi sampai 10 hari. Kondisi lingkungan di kamp cukup keras.
Namun, beberapa langkah kedisiplinan di kamp ternyata terlalu keras, sehingga ada kasus kematian remaja yang dipukuli, dan seorang lagi dipaksa melakukan olahraga ekstrem selama dua jam di atas lantai dingin.
Tiongkok, bukanlah satu-satunya negara yang bergulat dengan kecanduan internet.
Harian New York Times melaporkan "sampai 30 persen orang Korea berusia di bawah 18 tahun, atau sekitar 2,4 juta orang, berisiko mengalami kecanduan internet. Korea Selatan juga telah membuka lebih dari 100 pusat rehabilitasi untuk mereka yang kecanduan. (VOA Indonesia)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...