Tiongkok Gelar Upacara Hari Martir
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Presiden Tiongkok Xi Jinping dan para pemimpin senior lainnya menghadiri upacara di Lapangan Tiananmen di Beijing untuk menghormati dan mengingat pahlawan nasional almarhum pada Hari Martir pada hari Rabu (30/9).
Beberapa anggota keluarga martir dan perwakilan dari semua lapisan masyarakat berkumpul di Lapangan Tianamen untuk menandai kedua Hari Martir pada malam Hari Nasional.
Xi Jinping menyebut martir sebagai kelompok yang didefinisikan pemerintah untuk mengorbankan hidup mereka untuk kemerdekaan dan kemakmuran nasional, serta kesejahteraan rakyat di zaman modern.
Diperkirakan bahwa Tiongkok memiliki sekitar 20 juta martir.
Wakil parlemen Tiongkok telah menyetujui bahwa 30 September sebagai Hari Martir. Upacara dimulai dengan kerumunan 3.000 orang melantunkan lagu kebangsaan. Kemudian mereka menundukkan kepala mereka dan diam upeti.
Para pejabat pemerintah menyebut Hari Martir akan diperingati sebagai sebuah hari libur yang tidak berbeda dari liburan menghormati pahlawan korban perang di negara-negara lain, seperti Memorial Day di Amerika Serikat atau Remembrance Day di banyak negara Persemakmuran.
"Ini adalah hal yang normal untuk memperingati mereka yang mengorbankan jiwa raga mereka," kata Li Zongyuan, wakil kurator Museum Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok Melawan Agresi Jepang.
Peristiwa tersebut banyak disebut sejarawan sebagai perang Sino Jepang.
Hu Ying, seorang profesor sastra di Universitas California, mengatakan penggunaan kata "martir" memiliki tradisi panjang di Tiongkok.
Dia menjelaskan bahwa di pemahaman konfusianisme klasik bila berbicara tentang martir adalah mereka yang meninggal untuk kebajikan dan cita-cita. Pada awal abad ke-20, istilah itu diaktifkan lagi oleh Tiongkok sering dihidupkan kembali dalam referensi untuk mereka yang meninggal untuk negara bangsa modern, seperti revolusioner Qiu Jin.
Kirk Denton, seorang profesor sastra Asia Timur di Ohio State University, mengatakan pilihan kata dilakukan nada politik.
“Menggunakan istilah 'martir' adalah sebuah cara yang dipolitisasi untuk memandang kematian,” kata Kirk. (xinhuanet.com)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...