Tiongkok Luncurkan Saluran TV Baru di RI Kamis Depan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu Yandong akan mengunjungi Indonesia untuk memperkuat hubungan strategis antara kedua negara, setelah hubungan bilateral dan hubungan pribadi berkembang pesat di antara para pemimpin Tiongkok dan Indonesia.
Menurut kedutaan besar Tiongkok, Liu juga akan menghadiri peluncuran saluran televisi “HI-Indo!” di Jakarta pada Kamis (28/5) pekan depan.
"Nyonya Liu akan mengunjungi Indonesia pada akhir Mei 2015 untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi sebagai mekanisme antarbangsa Tiongkok-Indonesia," kata Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke The Jakarta Post yang dilansir pada Jumat (22/5).
Menurut pihak kedutaan, Liu akan datang ke Indonesia atas undangan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.
Saluran TV baru tersebut merupakan produk kerja sama antara China International Television Corporation (CITVC) dan PT Elnet Media Bersama, dan akan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
"Saluran ini dirancang untuk memberikan program TV Tiongkok dalam Bahasa Indonesia dengan penonton Indonesia," kata pihak kedutaan besar Tiongkok.
Akhir-akhir ini, perusahaan media besar telah menargetkan investasi di Indonesia karena jumlah dan ukuran penduduk yang besar. Indonesia merupakan negara terpadat keempat di planet ini sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Sekaligus juga sebagai rumah bagi penduduk Muslim terbesar di dunia dan sejumlah besar Tiongkok-Indonesia.
Sebelumnya, saluran berita Amerika Serikat CNN telah meluncurkan situs berbahasa Indonesia dan berbagai saluran TV lainnya seperti dari Korea Selatan dan Jepang yang telah mencoba untuk menarik penonton Indonesia melalui TV kabel.
Sementara itu, BBC dan Voice of America sudah menjadi bagian dari Indonesia dan Al-Jazeera telah membuka bironya di Jakarta.
Stasiun TV pertama di Indonesia milik BUMN, Televisi Republik Indonesia (TVRI) diluncurkan pada tahun 1962. Hingga tahun 1989, TVRI dominan dalam bidang industri pertelevisian.
Kemudian pemerintah membuka kesempatan untuk perusahaan TV swasta pada tahun 1989 dengan memberikan lisensi untuk RCTI.
Industri pertelevisian ini meningkat pesat setelah jatuhnya presiden Soeharto pada tahun 1998. Stasiun TV menjamur tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat provinsi. Saat ini, ada sekitar 100 saluran TV, baik di tingkat nasional dan lokal di negara ini. (news.asiaone.com)
Editor : Eben Ezer Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...