Tiongkok Makin Batasi Kegiatan Keagaman
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Tiongkok mempublikasikan rincian tempat ibadah keagamaan yang legal melalui situs online, seperti disampaikan kantor berita resmi negara komunis itu, Xinhua, pada hari Sabtu (27/12). Hal itu tampaknya sebagai upaya untuk "membasmi kegiatan keagamaan yang dinilai ilegal".
Nama dan alamat untuk "semua tempat (ibadah) Buddha dan Tao" akan diterbitkan dalam waktu dua tahun, kata Wang Zuoan, Direktur Administrasi Negara untuk Urusan Agama. Dia mengatakan dalam sebuah konferensi pada hari Jumat (26/12), menurut kantor berita itu.
Xinhua tidak menyebutkan tentang tempat ibadah bagi agama-agama lain, tetapi kantor berita itu mengutip Wang yang mengatakan bahwa informasi tersebut akan membantu menghentikan kegiatan keagamaan ilegal di lokasi yang tidak sah.
Meskipun ada aturan, gerakan-gerakan keagamaan tidak dikenai sanksi, pihak berwenang hanya memanggil untuk menegur. Kegiatan keagamaan telah menjamur dalam beberapa tahun terakhir, dan pemerintah juga semakin aktif dalam mencoba untuk mencegah pertumbuhan mereka.
Pada bulan Oktober, Bob Fu, seorang pendeta Tiongkok disiksa dan dipenjarakan karena keyakinannya. Dia ditemui China Aid dan mengatakan kepada Christian Today bahwa orang Kristen menghadapi penganiayaan budaya terburuk di Tiongkok sejak Revolusi Kebudayaan.
Dia mengatakan tentang tindakan keras terhadap gereja-gereja, termasuk yang disetujui oleh partai komunis, sebagai bukti bahwa pemerintah memperketat pertahanannya terhadap 'ancaman' agama.
"Ada pembongkaran (gereja) secara paksa, penghancuran salib, lebih dari 300 gereja telah diserang dan pendeta gereja oleh pemerintah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara. Beberapa orang percaya telah diserang dan tengah dirawat di rumah sakit, dan ribuan polisi dikerahkan untuk menyerang gereja. Itu belum pernah terjadi sejak zaman Revolusi Kebudayaan. Ini luar biasa, " kata Bob Fu.
Pada bulan April 2014, situs berita yang didukung negara ‘’China Daily’’ melaporkan bahwa pemerintah Tiongkok berencana untuk memperkenalkan teologi Kristen sendiri yang disetujui negara.
"Pembangunan teologi Kristen China harus beradaptasi dengan kondisi nasional Tiongkok dan mengintegrasikan dengan budaya China," kata Wang Zuoan pada saat itu.
Beijing juga mempertahankan larangan terhadap kelompok Falun Gong, yang telah menjadi salah satu yang diteriakkan oleh Partai Komunis China sebagai musuh publik.
Pesan berisi anti sekte sangat produktif dipasang pada papan pesan di beberapa lingkungan kota, dan memunculkan kecurigaan yang meluas keapada agama yang disebutkan.
Pemerintah Tiongkok terlibat dalam sengketa lama dengan Vatikan dalam menunjuk uskup Katolik, dan dalam beberapa bulan terakhir beberapa pejabat telah menghancurkan salib dari gereja-gereja Kristen dan melarang simbolisme Natal.
Pemerintah Tiongkok bahkan lebih curiga terhadap Islam, dan telah mencoba untuk mencegah praktik kaum Muslim tradisional di daerah otonomi Xinjiang. Hal ini juga untuk mencoba menekan aktivisme politik antara Buddha Tibet.
Pemerintah menyebutkan adanya perlawanan terhadap kekuasaan di antara warga masyarakat Muslim dan Buddha Tibet yang terinspirasi oleh kekuatan luar, dan berusaha untuk memecah belah China, dan membela kebijakan keagamaan yang cocok bagi "praktisi yang wajar".
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...