Tiongkok Tunda Pembangunan Megaproyek di Indonesia
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan Tiongkok, China Sinopec Corporation, diberitakan menunda pembangunan sebuah megaporyek senilai hampir US$ 1miliar di Indonesia berupa terminal penyimpanan minyaknya di Batam. Proyek itu tadinya digadang-gadang akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Alasan penundaan dikarenakan permintaan terhadap ruang penyimpanan minyak beberapa tahun terakhir dinilai melambat.
Reuters melaporkan, terminal penyimpanan seluas 2,6 juta meter kubik yang terletak di kawasan perdagangan bebas di Batam itu
pada awalnya diharapkan mulai beroperasi pada pertengahan 2016. Namun, menurut sumber Reuters, konstruksi bangunannya hingga saat ini belum dimulai dan fasilitas itu diperkirakan tidak akan siap untuk setidaknya tiga sampai lima tahun mendatang.
"Permintaan di wilayah ini tidak memadai saat ini," kata sumber yang dekat dengan proyek tersebut. Ditambahkan pula, bahwa banyak proyek serupa yang baru-baru ini dibangun di Malaysia belum terisi. "Persoalannya adalah timing memasuki pasar," kata dia.
Sinopec Kantons Holdings, anak perusahaan Sinopec yang memegang saham 95 persen di proyek ini, menolak berkomentar ketika dihubungi oleh Reuters. Sebuah perusahaan lokal Indonesia memiliki 5 persen saham sisanya.
Pada tahun 2012 lalu Reuters melaporkan Sinopec dan mitranya berencana akan menanamkan investasi US$ 850 juta pada proyek tersebut.
Saat ini miliaran dolar tengah diinvestasikan pada fasilitas penyimpanan minyak di Malaysia dan Indonesia karena di Singapura --kota penghubung perdagangan minyak terbesar di kawasan -- kekurangan lahan untuk ekspansi penyimpanan minyaknya.
Penundaan proyek di Batam tersebut, kemungkinan juga akan membuat Sinopec mengubah rencananya, menurut sebuah sumber yang tidak mau disebutkan namanya.Terminal ini awalnya ditujukan untuk menyimpan 1,9 juta meter kubik minyak mentah dan bahan bakar minyak serta 730.000 meter kubik diesel, bensin dan bahan bakar jet. Tapi proyek itu dapat dirancang ulang sehingga hanya fokus menyimpan minyak mentah adn produk minyak.
Sinopec Kantons diharapkan melakukan tender untuk kontrak rekayasa, pengadaan dan konstruksi dalam beberapa bulan ke depan.
Penurunan harga minyak yang lebih dari 40 persen tahun lalu menjadi faktor yang memaksa setidaknya satu proyek lain di Asia ditunda. BUMN Malaysia, Petronas, menunda proyek penyulingan dan petrokimia RAPID di negara bagian Johor yang nilainya direncanakan US$ 16 miliar. Penundaan itu diperkirakan sampai pertengahan tahun 2019.
Editor : Eben Ezer Siadari
Bangladesh Minta Interpol Bantu Tangkap Mantan PM Sheikh Has...
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Sebuah pengadilan khusus di Bangladesh pada hari Selasa (12/11) meminta organ...