Toilet: A Love Story: India dan Budaya Toilet di Alam Terbuka
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM – Hampir tidak ada kesamaannya antara film-film Bollywood yang glamor dan toilet. Namun keduanya tampil satu layar dalam film yang menyoroti tantangan paling tidak menarik yang harus dihadapi negara tersebut: kebiasaan buang air besar di tempat terbuka.
Dibintangi oleh bintang kawakan, Akshay Kumar, film Toilet, a Love Story, mengisahkan seorang pemilik toko sepeda yang berjuang membangun toilet untuk istrinya, yang meninggalkannya karena ia tidak mau buang air besar di lapangan-lapangan terbuka seperti perempuan lain di desanya.
Film ini, mengambil insipirasi dari kisah nyata seorang perempuan di India tengah yang meninggalkan suaminya karena tidak ada toilet di rumahnya.
Tema film ini memiliki gaung di negara di mana setengah dari 1,3 milar penduduknya buang air besar di alam terbuka. Kebiasaan ini membuat mereka, terutama perempuan dan anak-anak, terpapar berbagai penyakit.
Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi, sedang berpacu membangun jutaan toilet untuk memenuhi janjinya untuk menghilangkan kebiasaan buang air besar di alam terbuka di tahun 2019. Namun kenyataanya, masalah yang timbul tidak hanya akses ke jamban-jamban, tetapi juga mengubah kebiasaan di masyarakat yang menganggap hal ini adalah kebiasaan yang sehat.
Tolak Jamban
"Masyarakat menghubungkannya dengan Ayurveda (sistem pengobatan dan kesehatan traditional). Anda bisa jalan pagi, dapat udara segar dan sederetan alasan lain yang mereka kemukakan," kata Nikhil Srivastav, direktur penelitian pada Research Institute for Compassionate Economics di New Delhi.
Para pendukung kampanye gerakan ini, menunjukkan data statistik dimana jamban-jamban yang dibangun di ribuan desa menjadi tidak berguna, karena tidak sampai setengahnya digunakan.
Dibintangi oleh salah satu bintang film box office India, Akshay Kumar, film ini mengisahkan pemilik toko sepeda yang berupaya mengatasi penolakan ayahnya ketika ia hendak membangun toilet di dalam rumahnya, setelah ia ditinggal istrinya yang menolak buang hajat di lapangan terbuka
Dibintangi oleh salah satu bintang film box office India, Akshay Kumar, film ini mengisahkan pemilik toko sepeda yang berupaya mengatasi penolakan ayahnya ketika ia hendak membangun toilet di dalam rumahnya setelah ia ditinggal istrinya yang menolak buang hajat di lapangan terbuka
âMeluasnya budaya penolakan terhadap penggunaan jamban di pedesaan India, juga lahir dari kepercayaan bahwa lubang jamban tidak suci dan menimbulkan pencemaran. Selain itu, toilet juga tidak dibenarkan berada di satu atap dengan dapur.
Pengaruh Bollywood
Film ini, menunjukkan beberapa masalah tadi ketika tokoh protagonis menemui perlawanan keras ketika ia membangun toilet di rumah karena ayahnya, seorang Hindu kasta atas, berang dengan pembuatan toilet tersebut yang dianggapnya melanggar tadisi yang sudah berusia tua.
Apakah film ini bisa membantu dengan memunculkan perbincangan seputar masalah sanitiasi terutama di pedesaan India? Apalagi Bollywood adalah salah pemberi pengaruh terkuat di negara tersebut.
"Kenyataan ada seseorang yang mau menggunakan uang mereka dan membuat film mengenai hal ini, saya rasa bagus sekali. Kalau bisa memicu 50.000 orang yang mulai berpikir tentang masalah ini secara berbeda, hal ini punya nilai," kata V.K Madhavan yang mengepalai WaterAid India.
Masalah ini mulai muncul menjadi hal yang penting: minggu lalu, seorang perempuan di negara bagian Rajashtan diperbolehkan bercerai setelah para hakim memvonis kegagalan sang suami untuk membangun toilet di rumah sebagai "kekejaman fisik" karena perempuan tersebut harus menunggu dini hari sebelum bisa pergi ke lapangan untuk buang air.
âSistem Kasta dan Kebiasaan Lama
Batu sandungan lainnya dalam kampanye mempopulerkan toilet, ada sistem kasta yang sudah berlangsung berabad lamanya di mana hanya kasta rendah yang harus membersihkan toilet. Banyak penduduk desa yang menolak pembangunan jamban-jamban karena lubangnya harus dikuras secara manual sekali dalam beberapa tahun. Ini adalah pekerjaan yang tidak ingin lagi dilakukan oleh kasta rendah dan ditolak juga oleh pihak lain.
"Jadi sering kali jamban-jamban ini dibawa pergi, dirusak atau digunakan untuk menyimpan balok-balok kotoran sapi atau lainnya," kata Srivastav.
Perdana Menteri Modi telah memuji film tersebut dan mengatakan "upaya yang bagus untuk terus menyampaikan pesan mengenai kebersihan.
Apakah film ini akan memberikan dampak masih harus dilihat, namun para juru kampanye sudah bersiap untuk upaya yang berlarut-larut. (voaindonesia.com)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...