Toilet Pintar Baru Cegah Polusi Air di Wilayah Bencana
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Sering setelah bencana terjadi, para korban yang selamat menggali lubang di tanah yang mereka gunakan sebagai toilet darurat. Patogen dari kotoran manusia bisa mencapai sumber air, dan menyebabkan wabah kolera dan penyakit lainnya. Tim PBB sedang mengembangkan toilet pintar untuk wilayah-wilayah bencana, yang dirancang untuk melindungi rantai sanitasi dan mencegah polusi air.
Proyek percobaan yang disebut eSOS, ringan dan menggunakan tenaga surya. Damir Brdjanovic dan tim ilmuwannya di Institut Pendidikan Air milik UNESCO di Belanda mengatakan, toilet tersebut dirancang untuk membawa penanggulangan bencana ke abad 21.
"eSOS, singkatan dari Emergency Sanitation Operation System, adalah pendekatan holistik terhadap sanitasi di situasi darurat. Sistem ini melibatkan beberapa komponen; toilet pintar eSOS smart toilet, transportasi pintar, dan memindahkan setiap unit toilet, dan penanggulangan feses dan urin yang terpusat dan bahan pembuangan yang aman, seperti lumpur kering, yang bebas patogen, dan air bersih yang bisa digunakan kembali oleh sistem ini," ujar Brdjanovic.
Sistem sanitasi yang ringan ini, bisa dibawa dan dipindahkan dengan mudah ke tempat-tempat bencana, tapi yang membuat sistem ini unik, adalah sistem ini dirancang untuk bisa mengatasi seluruh rantai sanitasi darurat dan meminimalisir ancaman terhadap kesehatan publik.
Sistem eSOS, terdiri dari fitur-fitur "pintar", seperti unit pasokan energi, sensor Global Positioning System (GPS), dan layar yang memantau akumulasi kotoran. Semua data dari sistem toilet ini bisa ditransfer ke pusat koordinasi darurat, agar petugas bisa memutuskan dengan lebih baik kebutuhan wilayah, yang terkena dampak bencana. Sistem ini juga bisa mendaur ulang urin menjadi air irigasi dengan bantuan membran bio-reaktor.
"Kita juga bisa mengolah limbah cair, yang berasal dari pengolahan lumpur dan urin, menjadi membran bio-reaktor. Ini teknologi baru yang akan mengolah cairan ke tingkat yang pada akhirnya, bahkan bisa digunakan kembali untuk kebutuhan toilet atau irigasi, holtikultur, atau tujuan lain yang bisa dibayangkan di sebuah kamp pengungsi," ujar Brdjanovic.
Toilet ini masih dalam tahap uji coba, dan akan disebarkan ke kamp untuk korban-korban bencana, di Filipina akhir tahun ini. Para penciptanya berharap penanggulanan bencana pintar ini akan menyelamatkan nyawa dan martabat para pengungsi . (VOA Indonesia)
Editor : Bayu Probo
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...