Tokoh Kristen di Raja Ampat Berlatih Mediasi dan Transformasi Konflik
WAISAI, SATUHARAPAN.COM - Tokoh-tokoh agama Kristen di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, berlatih dan mengembangkan diri menjadi mediator untuk meningkatkan kapasitas dalam menyelesaikan konflik yang ada di masyarakat dan jemaat. Pelatihan ini adalah tentang Mediasi dan Transformasi Konflik.
Pelatihan diselenggarakan oleh Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Klasis Raja Ampat Utara, bekerja sama dengan Pusat Pembelajaran untuk Mediasi dan Rekonsiliasi (PPMR) Sekolah Tinggi Teologi, Jakarta. Kegiatan berlangsung selama tiga hari (1-3/8) di Waisai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat di Pulau Waigeo
Bersama fasilitator PPMR di bawah koordinasi Pdt. Dr. Kadarmanto Hardjowasito, peserta mengembangkan diri dalam memahami konflik yang terjadi di masyarakat dan mengembangkan asumsi-asumsi baru yang konstruktif dalam masyaratat tentang konflik dan transformasi.
Dalam pelatihan tersebut peserta mengembangkan kapasitas dalam menganalisis kasus konflik dengan berbagai pendekatan untuk memahami situasi dengan lebih cermat. Dari hasil analisis itu, peserta mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam membuat bancangan intervensi konflik melalui pendekatan mediasi.
Kabupaten Raja Ampat yang dikenal sebagai kabupaten kepulauan dangan kekayaan alam yang tinggi dan banyak yang masih alami, telah menjadi daya tarik bagi wisatawan dan pengembangan industri wisata. Kawasan ini tengah tumbuh sebagai tujuan wisata alam, khususnya wisata bahari.
Bersamaan dengan itu, konflik dan potensi konflik juga tumbuh, dan sering melibatkan masyarakat. Para tokoh agama, khususnya para pendeta, vikaris, dan guru jemaat, dalam posisi mereka di masyarakat sering diminta untuk terlibat dalam penyelesaian konflik yang terjadi di masyarakat.
Pelatihan yang berciri berbagi wawasan dan pengalaman ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para peserta dalam mengembangkan diri menjadi kekuatan pendamaian di masyarakat dengan pendekatakan-pendekatan yang damai dan tanpa kekerasan. Model mediasi dipilih karena memberi peluang terjadinya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan menghadapi konflik secara konstruktif.
Pelatihan ini menekankan proses penyelesaian konflik dengan cara damai dan mengembangkannya untuk proses transformasi yang bertujuan untuk memajukan kehidupan masyarakat.
Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta dengan latar belakang pendeta, vikaris, dan guru jemaat dari berebagai gereja di Raja Ampat. Pada akhir pelatihan peserta dan fasilitator menyatakan komitmen untuk menjadi pendamai bagi masyarakat, dan mengembangkan cara-cara penyelesaian konflik secara damai dan mengembangkanya sebagai proses transformasi sosial.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...