Tokoh Kristen Injili Imbau Umat Tidak Pilih Donald Trump
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Di tengah semakin menanjaknya popularitas Donald Trump sebagai kandidat calon presiden (capres) dari Partai Republik terutama di kalangan Kristen Injili, seorang tokoh gereja AS mengimbau agar tidak memilih dan mendukung pengusaha real estate itu. Alasannya, nilai-nilai dan pandangan-pandangan Donald Trump bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani.
Russell Moore, tokoh gereja Southern Baptist Convention yang sangat berpengaruh, menyampaikan pesan tersebut melalui sebuah tulisan opini yang cukup panjang di New York Times pada hari Kamis (17/9). Russel Moore merupakan ketua dari Komisi Etika dan Kebebasan Beragama di gereja yang beranggotakan 15 juta umat beraliran Kristen konservatif tersebut.
Menurut Moore, Kristen Injili yang sebagian besar adalah kelompok konservatif, memiliki tradisi yang panjang menentang hak aborsi bagi perempuan. Namun pada kenyataannya, menurut dia, sampai beberapa tahun terakhir, Trump telah mendukung hak aborsi. Moore menunjukkan contoh ini sebagai bentuk inkonsistensi Trump.
Trump juga dinilai sebagai pengusaha yang memiliki riwayat panjang dalam industri perjudian, yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Menurut Moore, industri judi adalah industri yang memangsa moralitas, dan "sebuah penipuan ekonomi yang menindas orang miskin dan yang paling putus asa."
"Ketika bisnis kasino Trump gagal, dia langsung mengajukan kebangkrutan lalu melanjutkan (bsinis) yang lain. (padahal) keluarga yang hidupnya hancur oleh industri kasino tidak bisa melanjutkan hidup dengan mudah," tulis Moore.
Menurut Moore, bisa saja Trump mengatakan dia pembela perkawinan tradisional dan bahwa buku favoritnya adalah Alkitab. Namun, kata Moore, sulit untuk menerima seorang pria (seperti Trump) yang tidak pernah merasa perlu meminta maaf karena dia merasa tidak pernah membuat kesalahan..
Trump sekali waktu ditanya, apakah ia pernah meminta dari Tuhan suatu pengampunan - dan ini adalah ide teologis yang sangat penting dalam Kekristenan Injili - lalu oleh Trump menjawab dengan berkata, "Mengapa saya harus bertobat atau meminta maaf, jika saya tidak membuat kesalahan?"
Moore juga mngeritik Trump yang mengatakan Alkitab adalah bacaan favoritnya tetapi ia tidak mampu menyebut satu ayat pun.
Moore mempertanyakan kelayakan Trump menjadi presiden. "Kita harus ... bertanya tentang karakter pribadi [Trump] dan kecocokannya jadi presiden," tulis Moore.
"Moralitas pribadinya jelas, bukan karena pemaparan tabloid tetapi karena ia sendiri mengatakannya. Sikapnya terhadap perempuan seakan diambil dari zaman perunggu. Dia mengatakan dalam salah satu bukunya bahwa dia meniduri beberapa 'wanita top di dunia.' Dia telah menceraikan dua istri (sejauh ini) untuk mendapatkan wanita lain."
Lebih jauh, Moore mengatakan bahwa Donald Trump sering mengejek kalangan Kristen Injili walaupun belakangan pendukungnya yang paling besar adalah dari kalangan itu. "Dia secara teratur menertawakan Kristen Injili, dengan hampir sama gembiranya dengan ketika ia megejek Hispanik, " tulis Moore.
Sambil mengutip kisah Alkitab, Moore kemudian mengajak kalangan Kristen Injili berpikir dan menghitung ulang biaya yang harus dikorbankan apabila memilih Donald Trump. "Yesus mengajarkan murid-muridnya untuk 'menghitung biaya' mengikuti Dia," tulis Moore. Oleh karena itu, tambah dia, kalangan Kristen Injili juga harus tahu kemana mereka akan pergi dan apa yang akan mereka tinggalkan bila mengikut Donald Trump.
Editor : Eben E. Siadari
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...