Tokoh Lintas Agama Berkumpul dan Berdoa Bersama di Bundaran HI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah acara bertema "Cahaya untuk Negeri" dilaksanakan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, pada Senin (10/2), pukul 20.00 WIB. Acara itu dihadiri tokoh-tokoh lintas agama, sebut saja Musdah Mulia (Islam), Rekson Silaban (tokoh masyarakat), Apendi (Sunda Wiwitan), Bhiku Damakaro (Buddha), dan RM Hary (ICRP).
Memasuki 2014, Indonesia dikejutkan dengan berbagai bencana, dari banjir bandang di Kota Manado, banjir di Kabupaten Pati, hingga masih berlanjutnya erupsi Gunung Sinabung yang secara intensif mengeluarkan semburan abu vulkanik.
Gunung Sinabung adalah gunung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, telah meletus lebih dari empat bulan dan telah menghilangkan puluhan jiwa hingga kini belum juga berhenti melakukan aktivitas vulkaniknya.
Hal itu mendorong Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), beserta Gerakan Kemanusiaan Indonesia, PMTA (Perkumpulan Mahasiswa Teologi Asal) Karo STT (Sekolah Tinggi Teologi) Jakarta, Komunitas Berbagi Hidup, dan Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) untuk melakukan pernyataan sikap bersama dalam bentuk malam doa dan renungan untuk korban bencana alam di Indonesia.
Acara yang diawali dengan menyayikan lagu kebangsaan Indonesia Raya itu juga menghadirkan tarian khas suku Batak Karo, sebagai bentuk apresiasi terhadap Gunung Sinabung yang memang terletak di Kabupaten Karo. Tarian itu dilakukan oleh para PMTA Karo STT Jakarta.
Suasana haru dan sedih mengingat penderitaan saudara-saudara yang terkena musibah di Sinabung semakin terasa ketika beberapa lagu lain mulai dinyanyikan bersama sebagai bahan renungan dalam acara malam doa tersebut, seperti Lilin-lilin Kecil yang dipopulerkan oleh Chrisye, lagu perjuangan Gugur Bunga ciptaan Ismail Marzuki, dan lagu Untuk Kita Renungkan yang diciptakan oleh Ebiet G Ade.
Melalui pernyataan sikap bersama, mereka menyerukan kepada Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, agar segera menetapkan status darurat Sinabung menjadi bencana nasional, meskipun mereka menyadari peristiwa Gunung Sinabung belum menelan lebih dari 100 jiwa.
Namun demikian, mereka berpendapat pemerintah harus tetap mempertimbangkan korban dalam pengertian lainnya, seperti kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, nasib anak sekolah, dan kelompok rentan yang cukup jumlahnya mencapai angka ratusan.
Editor : Sotyati
Mengapa Rusia Ingin Rebut Kota Strategis Ukraina, Pokrovsk?
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Pasukan Rusia berada sekitar tiga kilometer (1,9 mil) di sebelah selatan kot...