Tokyo Bertekad Selenggarakan Olimpiade dengan Aman
TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, tetap teguh untuk dapat menyelenggarakan Olimpiade dengan aman tahun depan meskipun ada kekhawatiran tentang kebangkitan kembali infeksi COVID-19 di Jepang baru-baru ini.
Jepang telah mengalami peningkatan infeksi bulan ini dengan total harian nasional melebihi 2.000 kasus, karena pemerintah mencoba menyeimbangkan langkah-langkah pencegahan penyakit dan aktivitas bisnis.
"Sebagai kota tuan rumah, saya bertekad untuk menyelenggarakan pertandingan ini apa pun yang diperlukan," kata Koike dalam konferensi pers di Tokyo, hari Selasa (24/11).
Komentarnya muncul sepekan setelah kunjungan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, ke Tokyo, di mana dia mengadakan serangkaian pembicaraan dengan pejabat Olimpiade Jepang, termasuk Koike, untuk menunjukkan tekad mereka menyelenggarakan Olimpiade.
Koike mengatakan penggunaan masker yang meluas di kalangan orang Jepang adalah salah satu langkah keamanan paling efektif yang telah menyelamatkan Jepang dari tingkat infeksi yang tinggi dibandingkan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.
Banyak orang Jepang menggunakannya sebagai "kewajiban moral" dalam mencoba bekerja sama dalam upaya pencegahan penyakit, katanya.
Bagaimana Melaksanakan Vaksinasi?
Namun, kenaikan kasus baru-baru ini dapat mempertanyakan rencana untuk mengadakan Olimpiade. Bach mengatakan "peserta" dan atlet akan didorong untuk mendapatkan vaksinasi untuk melindungi publik Jepang, tetapi tidak jelas bagaimana hal itu akan ditangani jika kasus-kasus melonjak di negara tuan rumah.
Koike telah bertemu dengan Perdana Menteri Yoshihide Suga untuk membahas bagaimana menngurangi kemunculan kembali infeksi baru-baru ini. Kasus harian Tokyo juga meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Suga pada hari Minggu (22/11) mengumumkan keputusan untuk menangguhkan sebagian kampanye GoTo pemerintah yang mendorong perjalanan dan makan di luar dengan diskon untuk mendukung bisnis yang dilanda pandemic. Ini akibat gelombang kritik bahwa pemerintah terlalu lambat untuk mengambil langkah meskipun ada seruan berulang kali dari para ahli untuk pemerintah mengambil tindakan.
Jepang, selama tujuh pekan keadaan darurat pada bulan April dan Mei, meminta warga tinggal di rumah dan penutupan bisnis yang tidak mengikat, tetapi masih lebih baik daripada banyak negara lain.
Jepang mencatat sekitar 134.000 kasus COVID-19 dengan hampir 2.000 kematian pada hari Senin (23/11), menurut kementerian kesehatan. Tokyo, setelah melampaui 500 kasus pekan lalu, melaporkan 186 kasus baru pada hari Selasa dengan total hampir 38.200 kasus. (AP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...